Traveling

Menpar: Islam Nusantara Sangat Tepat Dijadikan Filosofi Pariwisata Halal Nasional

NUSANTARANEWS.CO – Malam Penganugerahan Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016 oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berlangsung semarak di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kemenpar, Jakarta, Jumat (7/10) malam.

Sumatera Barat keluar sebagai pemenang yang menyabet 2 kategori sekaligus, yaitu sebagai Destinasi Wisata Halal Terbaik dan Destinasi Kuliner Halal Terbaik. Sedangkan untuk kategori Destinasi Bulan Madu Ramah Wisatawan Muslim Terbaik dimenangkan oleh Kawasan Lembah Sembalun, Lombok Timur, NTB.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam sambutannya menyampaikan, Kemenpar menggalakkan wisata halal agar bisa bersaing di tingkat global. Bahkan bercita-cita ingin menjadikan Islam Nusantara sebagai filosofi utamanya.

“Wajah Islam Nusantara lah yang paling pas untuk digunakan sebagai filosofi dasar yang akan diimplementasikan ke dalam pariwisata halal nasional. Karena itu, buatlah pariwisata halal jadi seperti ajaran Islam Nusantara yang ‘Rahmatan Lil Alamin’. Islam itu harus buat orang bahagia. Semakin kita memusuhi, semakin tidak Islam kita. Semakin ramah kita, kepada siapa pun, semakin hebat wisata halal kita,” jelas Arief.

Islam Nusantara yang ‘Rahmatan lil Alamin’ yang dimaksud menurut Menpar bisa diimplementasikan di dalam dunia pariwisata halal, dalam bentuk pelayanan yang prima.

“Karena mau Islam atau tidak Islam, dalam dunia pariwisata komponen utama yang membuat wisatawan betah dan nyaman adalah pelayanan yang diberikan oleh pelaku industri pariwisata. Mohon maaf, tidak peduli Islam atau bukan Islam, semakin ramah kamu, maka semakin baiklah bisnismu. Sebaliknya, makin tidak ramah kamu, maka hancurlah bisnismu,” tegas Arief.

Oleh sebab itu, pihaknya meminta para pelaku bisnis wisata halal untuk meniru Bali. Meski mayoritas beragama Hindu dan bukan Muslim, Bali punya filosofi Tri Hita Karana yang dipegang teguh oleh setiap orang di sana. Filosofi itu mengajarkan agar manusia bersahabat dengan alam, serta taat dengan Sang Pencipta.

“Kita harus belajar dari Bali, 40% Devisa pariwisata dari mereka. Belajar filosofi apa yang diambil, filosofi Tri Hita Karana mengajarkan harus bersahabat dengan alam, taat di atas serta taat dengan lingkungan. Perpaduan religi, budaya, dan alam, pasti pariwisata akan sustain,” ungkap Arief.

Akhirnya, Arief berpesan agar Islam Nusantara yang Rahmatan lil Alamin dijadikan pegangan teguh bagi para pelaku industri pariwisata dalam menjalankan bisnisnya. Niscaya bila Islam Nusantara ini diimplementasikan ke dunia bisnis pariwisata, bukan tidak mungkin Indonesia akan jadi kiblat pariwisata halal dunia.

“Semakin kita mengkotak-kotakkan, semakin bukan Islam kita. Jadilah Islam Nusantara yang inklusif, tidak eksklusif. Itulah filosofi pariwisata halal Indonesia,” tutup Arief. (Riskiana/Red-02)

Related Posts

1 of 9