Berita UtamaPeristiwa

Menolak Lupa Trisakti, Aktivis Harus Luruskan Arah Reformasi

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Peneliti Institute for Research and Empowerment (IRE), Abdur Rozaki mengatakan bahwa peristiwa Trisakti merupakan trigger (pemantik) dalam mempercepat radikalisasi gerakan mahasiswa dalam proses menurunkan Soeharto.

“Ada banyak titik aksi saat itu. Yang utama justru di Gedung Parlemen, tragedi Trisakti makin memperluas sentra gerakan mahasiswa disemua titik di Jakarta,” ungkap Rozaki kepada Nusantaranews, Jum’at (12/5/2017) di Jakarta.

Peliputan media yang eksesif serta massif terhadap peristiwa Trisakti semakin memantik rasa solidaritas yang kuat antar lintas mahasiswa. Alhasil, aksi kian meluas hingga diberbagai kampus-kampus di Jakarta dan di luar Jakarta.

“Peningkatan koalisi antar kantong gerakan mahasiswa makin kuat. Baik itu organisasi formal seperti Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Yogyakarta (FKSMY) dengan organisasi ektra parlementer lainnya,” sambungnya.

Mantan Aktivis 98, yang kini juga berstatus Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menjelaskan bulan Mei hampir setiap hari terjadi aksi di berbagai kampus di Yogyakarta, khususnya di IAIN Sunan Kalijaga, UGM, UII, Janabadra dan ISI. Gerakan mahasiswa meminta MPR agar segera melakukan Sidang Istimewa untuk meminta pertanggungjawan Soeharto atas krisis ekonomi yang terjadi saat itu.

Baca Juga:  Ketua DPRD Nunukan Jelaskan Manfaat Sumur Bor

Puncaknya tanggal 20 Mei, koalisi besar antara gerakan mahasiswa dengan Kraton Ngayogyakarta, sultan dan pakualaman langsung ikut terlibat aksi agar Soeharto lengser. “Aksi serentak di Jogja itu seperti anak panah, makin memasuki bulan Mei makin kenceng dan mengkrucut pada tuntutan Soeharto turun,” kata Rozaki.

Sekalipun peristiwa itu telah belalu, namun Rozaki berharap, aktivis pergerakan mahasiswa saat ini meluruskan kembali arah Reformasi yang telah dibajak oleh agen neoliberalisme dan kaum oligarki. Dirinya juga mengajak para mahasiswa memperkuat kembali sendi-sendi ekonomi politik bangsa agar rakyat berdaulat, hidup makmur dan sejahtera. Bukan terus menerus hidup dalam kesenjangan sosial, kemiskinan dan terpinggirkan seperti sekarang ini.

Reporter: Ucok Al Ayubbi
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 31