Inspirasi

Menko PMK Sebut Impian Bung Karno Berantas Buta Aksara Belum Terwujud

NUSANTARANEWS.CO – Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-51 tahun ini, sesuai rencana diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 20 Oktober 2016 dengan tema: Literasi dan Vokasi untuk Pembangunan Berkelanjutan. Kegiatan bertujuan memberantas tuna aksara di Indonesia ini digelar di Halaman Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Kota Palu.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani melalui utusannya, Deputi bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Agus Sartono, dalam sambutan peringatan HAI 2016 mengajak hadiri untuk merunut sejarah upaya memberantas buta aksara di tanah air yang nyatanya sudah dimulai sejak republik ini mencapai kemerdekaanya.

“Adalah Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang dicanangkan oleh Bung Karno menjadi gerakan semesta di lebih dari 18 ribu tempat dan ketika itu melibatkan lebih dari 17 ribu guru serta menyasar sekitar 700 ribu murid,” papar Menko PMK.

Sampai tahun 1960, lanjutnya, Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Republik ini kemudian menjelma dari tidak terdidik menjadi terdidik.

“Saya ingat sebuah foto Bung Karno di depan spanduk saat dia bicara di Yogyakarta. Tulisan di spanduk itu tak seperti biasa. Spanduk itu dimulai dengan sebuah kata, ‘Bantulah usaha pemberantasan buta-huruf!’ Sebuah tulisan ajakan untuk kita semua, secara bersama-sama menuntaskan buta aksara,” ungkapnya.

Menurut Puan, HAI setelah diperingati 50 tahun lamanya di seluruh dunia, ternyata data statistik pendidikan Indonesia menunjukkan, pada tahun 2005 presentase penduduk Indonesia usia 15-59 tahun yang tuna aksara sekitar 9,55 persen.

“Angka ini kemudian turun pada tahun 2015 menjadi sebesar 3,43 persen dan Indonesia dinilai mampu melampaui target ‘Deklarasi Dakar’ tentang Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) karena dapat menurunkan separuh penduduk tuna aksara menjadi kurang dari 5 persen pada 2015,” terang Menko PMK.

Namun di sisi lain, lanjutnya, keberhasilan itu menyisakan angka sekitar 5,6 juta orang yang belum mampu mengeja dan menulis namanya sendiri. “Saat ini tercatat sebanyak 11 provinsi yang persentase tuna aksaranya masih di atas rata-rata nasional atau sekitar 3,43 persen,” kata dia.

Menko PMK juga menuturkan, percepatan program keberaksaraan pada daerah-daerah yang memiliki angka tuna aksara tinggi melalui “Afirmasi Pendidikan Keaksaraan Untuk Papua” (APIK PAPUA) dan upaya meningkatkan keberaksaraan juga dilakukan melalui Permendikbud No. 23 tahun 2015 mengenai Penumbuhan Budi Pekerti (PBP).

“Angka-angka itu bukan sekadar deretan statistik buta huruf. Angka itu memberi pesan nyaring bahwa belum semua warga negeri ini bisa menuliskan ‘Indonesia’ dalam secarik kertas. Artinya, apa yang diperjuangkan dan dicanangkan oleh Bung Karno agar bebas Buta Aksara belum terwujud hingga saat ini,” ungkap Menko PMK lagi. (Riskiana/Red-02)

Related Posts

1 of 8