Budaya / SeniResensi

Mengulas Makassar Tempo Doeloe

Makassar Abad XIX. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Makassar Abad XIX. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

Judul Buku : Makassar Abad XIX
Penulis : Edward L. Poelinggomang
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Cetakan : II, September 2016
Tebal : xvi + 304 Halaman
ISBN : 978-602-424-164-3
Peresensi : M Ivan Aulia Rokhman*

NUSANTARANEWS.CO – Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dan pendalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seseorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara, Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, dimana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan di sana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut. Masjid di Makassar (1910-1934).

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Pada akhir abad ke-16 dan permulaan abad ke-17 Makassar telah menjadi pusat perniagaan pedagang Spanyol, Cina, Denmark, Inggris, dan sebagainya. Untuk memikat lagi, pemerintah mengizinkan para pedagang mendirikan perwakilan dagang mereka.

Sikap toleran terhadpa agama berati bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk Agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makssar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedang dari Eropa dan Arab. Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang pemerintah pada saat itu.

Pada awal dasawarsa pertama abad ke-19, sebagaimana pada akhir abad ke-18, perdagangan di Makasar sepi. Kota pelabuhan ini hanya dikunjungi satu jung setiap tahun, dan sejak 1810 rata-rata oleh dua jung. Meningkatnya jumlah kunjungan jung ini berkaitan erat dengan blokade Inggris terhadap batavia pada 1810. Faktor penting yang dianggap menyebabkan kurang berhasilnya usaha inggris mengembangkan perdagangan Makassar adalah pincangnya perimbangan kekuasaan antara Bone dan Gowa. Bone yang kuat dengan mudah memblokade pelayaran niaga ke Makassar. Selain itu Bone, setelah memperluas pengaruh kekuasaan di wilayah pesisir Barat, membuka Pare-Pare sebagai pelabuhan sbagi pelayaran niaga ke arah barat. Letak pelabuhan ini berdekatan dengan Sindereng sehingga dianggap sebagai ancaman (hal 115).

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Jaringan perdagangan lain yang penting adalah dengan Bali dan Lombok. Kendati kedua wilayah ini dekat dengan Surabaya dan bandar niaga lain di pesisir timur dan utara pulau Jawa, tetapi penduduk kedua wilayah ini tetap menjadi dan bahkan meningkatkan hubungan dengan Makassar. Apalagi ketika pelayanan jasa angkutan laut kapal api terus meningkat setelah 1850 (hal 141).

Kontrol penguara Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi pekerjaan yang dipimpin oleh Belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menandatangani perjanjian Bongaya.

Buku ini menggambarkan sejarah yang dibalik kota Makassar. Sebuah kisah penjajah Makassar merebut kekuasaan melalui medan perang. Akhirnya sajian sejarah selama 300 halaman penuh menakjubkan. Tulisan ini hasil resource dari berbagai penelitian yang dilakukan di Makassar. semoga menginspirasi.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

*M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Lelaki berkebutuhan khusus ini meraih anugerah “Resensi / Kritik Karya Terpuji” pada Pena Awards FLP Sedunia. Saat ini menjabat di Devisi Kaderisasi FLP Surabaya dan Anggota UKKI Unitomo.

 

Related Posts

1 of 3,142