Gaya HidupRubrika

Menguasai dan Menemukan Sejatinya Beladiri

Menguasai dan menemukan sejatinya beladiri
Menguasai dan menemukan sejatinya beladiri

Menguasai dan menemukan sejatinya beladiri

“Langkah Ampek Silek Minangkabau

Akhir-akhir ini sering terjadi perselisihan diantara para pelaku beladiri di dunia maya, saling hujat, saling caci, saling hina yang terkadang disebabkan oleh persoalan kecil dan tidak jelas asal usul informasinya
Oleh: Buya Zuari Abdullah

Pada masa digital saat ini seharusnya para praktisi beladiri hurus jeli melihat dan membaca informasi, jangan sampai informasi yang tidak jelas memancing suasana tegang dan panas, karena isu, sebagian orang memojokkan sebagian yang lain. Orang-orang yang terprovokasi sering menantang, sering menghina, dan lain sebagainya, hal tersebut bisa memancing kekacauan sehingga menghilangkan nilai dan arti sejati serta tujuan beladiri yang sesungguhnya.

Menguasai dan menemukan sejatinya beladiri, seorang praktisi perlu memahami dan menelususri konsep dan cikal bakal beladiri sehingga mengenal karakter dan hakikat beladiri. Sesungguhnya beladiri berawal dari naluri manusia yang ingin bertahan hidup, seiring pengalaman, ancaman dan lain sebagainya, maka disusunlah konsep-konsep dan metode pembelajaran beladiri sebagai cara dan bekal keselamatan, menumbuhkan rasa aman, memelihara diri dari berbagai ancaman.

Kata beladiri secara umum mengandung arti menjaga, memelihara diri dari berbagai ancaman untuk keselamatan dan ketentraman. Proses menguasai beladiri tergantung dari metode dan cara mengembangkan beladiri sesuai karakter aliran masing-masing, namun secara hakiki pemahaman beladiri itu sama yaitu: sebuah metode dan konsep sebagai bekal untuk memelihara keselamatan diri. Dari pemahaman beladiri tradisional Minangkabau yang tersimpan dalam rumusan “langkah ampek”, memberikan pelalajaran dan pemahaman tentang empat tahapan menguasai beladiri.

Baca Juga:  Anton Charliyan Dampingi Prabowo Makan Baso di Warung Mang UKA di Cimahi Jabar 

Tahapan pertama, silek Minangkabau memberikan pelajaran tentang dasar dan gerak langkah atau teknik beladiri, dalam tahapan ini kebanyakan kita memahami beladiri sebatas membeladiri diri dari ancaman perkelahian atau pertarungan fisik, pada tahapan ini para anak sasian (para murid), melatih diri, mempelajari berbagai teknik gerak langkah, melatih tubuh, memperkuat otot dan lain sebagainya dan kebanyakan ditahap ini para murid atau pelaku beladiri memahami beladiri sebatas fisik, sehingga memunculkan pemahaman untuk menguasai beladiri dan bisa aman kalau terjadi perkelahian maka harus memiliki tubuh dengan kuat dan lincah sehingga mampu bertahan dari berbagai serangan dalam pertarungan.

Pada tahapan pertama tersebut seseorang praktisi beladiri baru menguasai teknik beladiri secara fisik, dalam konsep pengetahuan, tahapan ini baru mengenal informasi dari sebuah pengetahuan, dimana pengetahuan yang sempurna terdiri dari, informasi, data, definisi dan asensi. Seseorang yang mengasai beladiri dalam tahapan ini baru mengasai beladiri pada lapisan awal, sehingga terkadang sering kalah dalam sebuah pertarungan walau berhadapan dengan musuh yang jauh dibawahnya.

Tahapan kedua adalah, tahapan memahami beladiri dengan konsep mengenal diri, dalam konsep silek Minangkabau yang tersimpan pada rumusan “langkah ampek”, langkah kedua ini para murid atau pelaku beladiri telah mulai mempelajari konsep pengenalan, pengendalian dan pengontrolan emosi, dalam tahapan ini penguasan beladiri terfokus pada penguasaan emosi sehingga menciptakan ketenangan diri, teknik yang dipelajari dalam tahapan ini adalah teknik keseimbangan jiwa dengan keseimbangan akal dan keseimbangan emosi yang harus dikontrol oleh keyakinan yang tumbuh dari pemahaman dengan berbagai konsep dan disiplin pengetahuan.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Filsafat utama dalam tahapan ini yaitu: “beladiri adalah pengendalian diri dengan mengontrol emosi”. Terkontrolnya emosi menciptakan ketenangan jiwa sehingga melahirkan gerak langkah dan teknik maupun jurus yang teratur dan selaras sesuai dengan kebutuhan situasi yang dihadapi. Langkah kedua tersebut seseorang praktisi beladiri menemukan data sebagai syarat kedua untuk memahami pengetahuan.

Tehapan ketiga yaitu mengabungkan teknik gerak langkah dengan pengetahuan dan pengetanalan diri untuk mendapatkan pemahaman beladiri kemudian diaplikasikan dalam kehidupan, di mana beladiri mengajarkan tentang persiapan atau bekal yang harus bisa membekali seseorang dalam kehidupan yang lebih luas.

Beladiri mengajarkan kepekaan, maka kepakaan merupakan salah satu bekal seseorang melihat peluang dan menciptakan keseempatan dalam berbagai sendi kehidupan, beladiri mengajarkan tentang reflek, maka reflek harus menjadi bekal dalam berbagai keadaan dengan penuh kebijakasanaan, karena beladiri mengajarkan ketepatan, pada tahapan ini seorang praktisi beladiri telah memahami arti beladiri – beladiri telah mampu memelihara dirinya dari berbagai kondisi dan keadaan, di mana seorang praktisi beladiri mempu membela dirinya dari berbagai ancaman, seperti ancaman ekonomi, ancaman kesehatan, ancaman kesenjangan sosial dan lain sebagainya dan itulah sejatinya baladiri. Dalam langkah ketiga seseorang praktisi telah menemukan arti atau definisi beladiri sebagai sebuah pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Serahkan Bantuan Bagi Imam, Marbot, Guru Ngaji, dan Rumah Ibadah

Tahapan atau langkah yang terakhir dari konsep silek Minangkabau yang tersimpan dalam rumusan “langkah ampek” yaitu: kesempurnaan beladiri sebagai asensi atau hakikat pengetahuan, dalam tahapan ini menggabungkan tiga tahapan sebelumnya sehingga seorang praktisi beladiri mampu tercipta ketenangan, kedamaian dan keharmonisan hidup dan kehidupan, inilah kesempurnaan beladiri yang sesungguhnya, dimana sejatinya beladiri mempu menciptakan keseimbangan, keteraturan, kedamaian dan keharmonisan hidup dan kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa bahkan negara, dan itulah yang tersimpan dalam ungkapan filsafat silek Minangkabau “lahie silek silaturrahmi, batin silek mangana diri” artinya: silek sebagai ilmu beladiri mengantarkan seseorang kepada kehidupan penuh ketenangan dan kedamaian yang harmoni karena memahami hakikat hidup dan kehidupan.

Itulah empat tahapan untuk menguasai dan menemukan arti sejati beladiri, menguasai teknik gerak langkah dengan penguasaan diri dengan menemukan arti  sejati sehingga mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehingga tencipta keseimbangan penuh keteraturan yang melahirkan ketenangan dan keharmonisan hidup dan kehidupan.

Penulis:  Buya Zuari Abdullah, praktisi dan peneliti silek Minangkabau, Kampuang Silek Hidaya Minang.

Related Posts

1 of 3,049