Berita UtamaEkonomiFeatured

Mengintip Teknologi MRT Jakarta

NUSANTARANEWS.CO – Pada bulan Desember 2018 mendatang, MRT Jakarta tahap satu sepanjang 16 kilometer akan di uji coba sebelum dioperasikan secara penuh pada bulan Februari 2019. Jalur kereta MRT Jakarta membentang sepanjang 16 kilometer terdiri dari dua bagian, yaitu jalur layang sepanjang kurang lebih 10 kilometer dan jalur bawah tanah sepanjang kurang lebih enam kilometer.

Jalur layang dimulai dari area Depo dan Stasiun Lebak Bulus lalu menyusuri jalan R.A Kartini yang juga berdampingan dengan Tol Lingkar Luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road (JORR). Jalur lalu berbelok melintas di atas Tol JORR lalu masuk ke jalan Rumah Sakit Fatmawati yang berujung di Jalan Sisingamangaraja untuk kemudian diteruskan ke jalur bawah tanah sepanjang Jalan Sudirman hingga Bundaran Hotel Indonesia

“Uji coba akan dilakukan tanpa penumpang. Mulai masinis, petugas dan berbagai skenario drill, untuk memastikan pada saat operasi benar-benar kita udah siap,” kata Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar kepada detikFinance minggu lalu.

Masa konstruksi ditargetkan selesai pada Agustus 2018 mendatang dan dilanjutkan dengan melakukan integrasi sistem MRT Jakarta – mengintegrasikan seluruh pekerjaan-pekerjaan yang sudah berjalan dengan system integration dengan rel kereta. Setelah itu, persinyalan mulai dihidupkan pada bulan Agustus sampai November,” tambahnya.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami mengungkapkan bahwa pembangunan MRT di Jakarta ini memang agak terlambat, tapi ada keuntungan di balik keterlambatan tersebut – yakni pembangunan MRT dengan sistem teknologi terkini, yaitu Automatic Train Operation (ATO). Dengan sistem ini, jeda waktu di antara dua rangkaian MRT diatur selama 5 menit, dan setiap 5 menit otomatis kereta akan tiba,

Kecanggihan lain teknologi ini juga dapat dilihat dari fungsi masinis yang tidak lagi langsung mengemudikan kereta.

Selain ATO, teknologi lain MRT Jakarta adalah dari sisi persinyalan yang akan menggunakan sistem Communication Based Train Control atau CBTC yang tergolong teknologi baru.

Teknologi Communication Based Train Control (CBTC) – yaitu sistem persinyalan dengan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data antar sub-sistem yang terintegrasi (sesuai standard IEEE 1474.1 dan JIS E 3801-1).

Sistem ini menggunakan Moving Block dengan aspek sinyal yang berada pada kabin masinis (Cabin Signal) – sebagai panduan perjalanan kereta yang tampak di dalam tampilan kabin masinis.

Baca Juga:  Tim PPWI Lakukan Kunjungan Silahturahmi kepada Kepala Balai TNUK

Sistem ini berbeda dengan sistem Fixed Block yang digunakan oleh sistem kereta di Indonesia saat ini. Di sistem kereta MRT Jakarta, Wayside Signal hanya akan digunakan di area depo kereta berupa sinyal langsir. Pada Main Line, Wayside Radio Set (WRS) berada di sepanjang jalur kereta untuk menjaga agar komunikasi antara Operation Control Center (OCC) dan kereta selalu terhubung.

Sistem persinyalan CBTC dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu peralatan Automatic Train Supervisory (ATS) yang berada di Operation Control Center (OCC), peralatan Wayside di sepanjang jalur kereta, peralatan On-board yang berada di kabin masinis, dan jaringan data komunikasi yang menghubungkan antara peralatan Wayside dan On-board. CBTC menggunakan tiga fungsi filter (TDMA, FDMA, CDMA) untuk menjamin keandalan dan keamanan komunikasi CBTC dari komunikasi luar yang dapat mengganggu persinyalan kereta.

CBTC kereta MRT Jakarta akan menggunakan Grade of Automation level 2 (GoA 2); dalam pengoperasiannya dikategorikan sebagai semi otomatis. Pada level ini, masinis bertugas mengendalikan keberangkatan dan buka-tutup pintu kereta, serta melakukan penanganan yang dibutuhkan pada keadaan darurat. Selebihnya—dalam perjalanan kereta, percepatan, perlambatan, pengaturan kecepatan, pengereman—diatur secara otomatis oleh sistem.

Baca Juga:  Tugu Rupiah Berdaulat Diresmikan di Sebatik

Pembangunan konstruksi proyek transportasi MRT Jakarta saat ini sudah mencapai 83,07%. Perkembangan tersebut terdiri dari pembangunan stasiun layang sekitar 74,64% dan pembangunan stasiun bawah tanah 91,57%.

MRT Jakarta ditargetkan beroperasi pada Maret 2019 mendatang dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI). MRT Jakarta tahap satu ini akan melewati 13 stasiun, antara lain Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Fatmawati, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A, hingga Stasiun Blok M.

Selanjutnya, perjalanan berlanjut hingga Stasiun Sisingamangaraja, Stasiun Senayan, Stasiun Istora, Stasiun Bendungan Hilir, Stasiun Setiabudi, Stasiun Dukuh Atas, dan terakhir di Stasiun Bundaran HI. (Aya)

 

Related Posts

1 of 14