Rubrika

Menghentikan Sentimen Negatif dan Sikap Memusuhi Perbedaan

sentimen negatif, memusuhi perbedaan, damai nusantara, kebencian, narasi kebencian, kehancuran, damai indonesia, keadilan indonesia, nusantaranews
Tim Peace Train Indonesia. (Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Meningkatnya sentimen negatif dan kecenderungan untuk menolak atau bahkan memusuhi perbedaan yang terjadi belakangan ini tentu tak bisa terus dibiarkan. Kecurigaan yang tak segera diluruskan adalah benih untuk permusuhan dan kebencian yang bermuara pada kehancuran.

Dalam konteks Indonesia, sejarah telah tegas membuktikan bahwa bangsa ini besar bukan karena kekakuannya dalam menolak perbedaan, tetapi penghargaan dan dukungan penuh terhadap fakta bahwa kita berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika tak seharusnya dibiarkan hanya menjadi semangat tanpa upaya nyata untuk mewujudkannya.

Tergerak oleh semangat tersebut, tim Peace Train Indonesia kembali menggelar kegiatan serupa yang kali ini memasuki angkatan ke-6.

Tim yang terdiri dari gabungan aktivis Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Forum Bhinneka Nusantra, Sekolah Damai Indonesia, Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK), Demokrasi dan Narasi Damai Nusantara ini memilih Malang sebagai destinasi untuk mengajak para peserta Peace Train mempelajari dan mengalami keberagaman.

Baca Juga:  JB9 Ajak Jurnalis Teladani Akhlak Rasulullah di Peringatan Maulid Nabi

Nurhabibie, salah satu penyelenggara Peace Train 6 menyebut Malang dipilih lantaran keberagaman yang ada di masyarakatnya.

“Usai serangan terorisme di Surabaya, publik sempat khawatir dengan kondisi Jawa Timur. Padahal serangan tersebut tak mempengaruhi toleransi masyarakat. Malang menjadi salah satu bukti nyatanya,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/8/2018).

Tujuan utama dari penyelenggaraan Peace Train 6, sebagaimana dijelaskan oleh Pdt. Franky Tampubolon, adalah untuk melakukan kaderisasi anak-anak muda untuk menjadi juru damai.

“Anak-anak muda yang terlibat dalam Peace Train kali ini adalah anak-anak yang telah kami pilih dan kami siapkan untuk menjadi juru damai di seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Meski begitu, Pdt. Franky mengatakan bahwa kegiatan ini dikemas dalam bentuk kegiatan yang fun dan bernuansa traveling. Hal ini dimaksudkan untuk memberi nuansa santai dan menyenangkan kepada para peserta saat mereka mempelajari dan mengalami toleransi.

Sesuai dengan namanya, Peace Train adalah kegiatan jalan-jalan damai dengan menggunakan moda transportasi kereta. Dalam setiap gelarannya, tim Peace Train Indonesia selalu melibatkan anak-anak muda dari berbagai latar belakang agama dan suku yang berbeda, termasuk dari kelompok penghayat kepercayaan.

Baca Juga:  BAIS TNI dan Satgasmar PAM Ambalat XXX Gagalkan Penyelundupan PMI Ilegal di Nunukan

Dikatakan oleh Anick HT, salah satu penggagas Peace Train, kelompok minoritas perlu terus dilibatkan, baik sebagai peserta maupun destinasi kunjungan. “Kita perlu menunjukkan bahwa di negeri ini ada banyak ragam kepercayaan; tak hanya terbatas pada agama-agama yang dianggap resmi yang umum dikenal,” tegasnya.

Peace Train, lanjutnya, juga dimaksudkan sebagai wadah untuk berbagai perjumpaan. “Kami mendengar ada banyak keinginan dari masyarakat untuk melakukan perjumpaan dengan orang-orang lain yang berbeda dari mereka. Tujuannya tentu untuk saling mengenal dan belajar, Peace Train adalah wadah dan jembatan untuk memfasilitasi perjumpaan-perjumpaan itu,” jelasnya lagi.

Melalui perjumpaan langsung, beragam prejudice dan stigma dapat segera dihilangkan. Bahkan untuk orang-orang yang pernah terlibat langsung dalam konflik kekerasan, baik sebagai pelaku maupun korban, perjumpaan kerap menjadi jalan keluar mereka untuk lepas dari dendam dan kebencian yang teramat dalam (Zainal Abidin Bagir, Dalam Keluar Dari Ekstremisme, PUSAD Paramadina, 2018).

Peace Train juga dimaksudkan sebagai cara kemas baru untuk menumbuhkan jiwa toleran kepada generasi muda. Mengenalkan keberagaman dengan program traveling terbukti mampu memikat minat anak-anak muda untuk bergabung dan merasakan langsung indahnya perbedaan.

Baca Juga:  Kenduri Maulid Nabi di Mesjid Babul Iman Gp.Meurandeh Alue

Selama berada di Malang, tim Peace Train akan mengunjungi beberapa tempat ibadah dan komunitas agama dan kepercayaan, beberapa di antaranya adalah Vihara Dhammadipa Arama, Gereja Katolik Paroki St. Albertus de Trapani, GKJW Jemaat Sukun, Ponpes Al Hidayah, Pura Luhur Giri Arjuno, Klenteng Kwan Im Tong dan Sanggar Busana Sapta Darma Batu.

Penulis: Ani Mariani
Editor: Alya Karen

Related Posts

1 of 3,050