Sosok

Mengenal Taqiyuddin an-Nabhani, Sosok Pendiri Hizbut Tahrir

NUSANTARANEWS.CO – Diskursus paham Hizbut Tahrir tentu tak bisa lepas dari sosok bernama Taqiyuddin an-Nabhani yang memiliki nama lengkap Syaikh Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani. Syaihk Taqiyuddin atau yang dikenal Taqiyuddin an-Nabhani adalah sosok yang menginisiasi agar sistem khilafah ditegakkan di muka bumi.

Taqiyuddin an-Nabhani untuk kali pertama mendirikan Hizbut Tahrir tahun 1953. Ia merupakan seorang Qadhi (seorang hakim yang membuat keputusan berdasarkan syariat Islam) pada mahkamah Isti’naf (Mahkamah Agung) di al-Qads, Haifa, Palestina. Dirinya lahir di Ijzim, tahun 1909 dan meninggal di Beirut, Lebanon pada 11 Desember 1977 diusia 68 tahun.

Dalam riwayat pendidikannya, Taqiyuddin pernah mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar dan Dar al-‘Ulum, Kairo Mesir. Selain sebagai Qadhi, dirinya juga dikenal sebagai seorang politisi ulung. Itulah mengapa ia memprakarsai lahirnya Hizbut Tahrir.

Berdasarkan pendekatan bahasa, Hizbut Tahrir atau Hizb ut-Tahrir dalam Bahasa Inggris memiliki arti Party of Liberation. Atau dalam bahasa Indonesianya bermakna Partai Pembebasan. Sebelumnya, Hizbut Tahrir awal memiliki nama Hizb al-Tahrir al-Islami atau Partai Pembebasan Islam, sebelum akhirnya ditetapkan menjadi Hizbut Tahrir.

Taqiyuddin sendiri lahir dari keluarga yang ‘alim. Dimana kedua orangtuanya adalah ahli fiqh. Sementara itu, dari nasab sang kakek buyutnya, Taqiyuddin berasal dari Syaikh Yusuf bin Muhamad an-Nabhani as-Syafi’iy Abu Mahsin merupakan seorang ulama besar sekaligus penyair tekenal di masa Daulah Khilafah.

Intelektual muslim Indonesia, Zuhairi Misrawi menjelaskan bahwa akar Hizbut Tahrir adalah Ikhwanul Muslimin yang kemudian berkembang hingga sekarang. Dirinya menegaskan bahwa Hizbut Tahrir sebenarnya adalah anak cucu dari Ikhwanul Muslimin.

Ketika itu, Ikhwanul Muslimin menolak sistem Khilafah, maka salah satu murid yang kuliah di Mesir yakni Taqiyuddin an-Nabhani, kemudian mendirikan Hizbut Tahrir. Dari sanalah kemudian cikal bakal paham Hizbut Tahrir muncul.

Misi utama yang diperjuangkan Hizbut Tahrir kata Zuhairi adalah membangkitkan sistem khilafah. Berawal dari Palestina paham ini kemudian mendapat pertentangan, sebelum akhirnya bermigrasi ke Yordania dan menetap di sana.

“Tahun 1953 dibentuk HTI dan membangkitkan lagi sistem khilafah. Dari Palestina ia terusir dan hidup di Yordania,” ujar Zuhairi (10/7/2017).

Sejak awal berdirinya tahun 1953 di Al-Quds Palestina, organisasi ini memiliki cita-cita besar. Yakni melangsungkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuannya untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat.

Prinsip Daulah Khilafah

Hizbut Tahrir memiliki prinsip daulah khilafah yang dipimpin seorang khilafah yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Khilafah tersebut harus dibaiat oleh kaum muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasul-Nya dan mengembangkan risalah Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad.

Dalam pandangan Taqiyuddin, kekuatan-kekuatan Islam harus membangkitkan kembali uamt Islam dari kemorosotan dalam berbagai dimensi kehidupan. Membebaskan umat dari pemikiran-pemikiran dan sistem perundang-undangan yang tidak islami, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara sekuler

Abdullah dalam buku Mafahim Hizbut Tahrir menjelaskan gerakan politik Hizbut Tahrir bermula sejak terjadinya Perang Dunia I dan II yang membawa dampak besar-besaran di beberapa negara dunia, khususnya di negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Sang pendiri yakni Taqiyuddin an-Nabhani merasa resah ketika kultur Islam kala itu terus mengalami perubahan, menyusul pendudukan negara-negara Barat.

Dirinya menilai, pendudukan orang-orang Barat di beberapa negara khususnya di Jazirah Arab, Afrika dan beberapa kawasan Asia Tenggara tidak hanya mengambil alih kekuasaan semata, namun juga dinilai telah meruntuhkan simbol kekuasaan kaum Muslim. Demi merespon hegemoni Barat itulah, lahir berbagai gerakan-gerakan Islam yang menamakan diri sebagai kelompok Partai Pembebasan (Hizbut Tahrir).

Dosen Dakwah STAIN Purwokerto dalam tulisannya yang dimuat di jurnal Komunika berjudul Gerakan Hizbut Tahrir dan Realitas Politik Politik Islam Kontemporer di Indonesia menilai gerakan Hizbut Tahrir merupakan gerakan baru yang menganggap politiknya sebagai aktivitasnya dan Islam sebagai mazhabnya. Politik sebagai kegiatannya dan Islam adalah ideologinya.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 8