Terbaru

Mengapa Wanita Stres dan Frustasi Usai Keperawanan Terenggut?

NUSANTARANEWS.CO – Bicara soal seorang wanita kehilangan keperawanannya tentu oleh sebagian orang dianggap tindakan tak adil. Sebab, setelah pertama kali melakukan hubungan seks dengan pasangan membuat keperawanan seorang wanita lenyap acap kali dijadikan sasaran pembicaraan, pertanyaan dan permasalahan. Sementara pria, kadang tak pernah dipermasalahkan. Apakah ini disebut adil?

Jawabannya tentu saja tidak. Sebab, keperawanan dan keperjakaan adalah tentang fisik. Namun pihak wanita masih selalu saja jadi sasaran kesalahan karena dinilai telah gagal mempertahankan kesucian diri serta kehilangan hal yang dianggap paling berharga dalam hidup.

Dilansir The Frisky, sebuah studi terbaru menemukan bahwa orang akan bicara soal harga diri setelah keperawanan terenggut. Wanita akan merasa diri buruk ihwal citra tubuh mereka yang dianggap sudah tak suci lagi. Bahkan, studi lainnya menyebutkan bahwa wanita yang kehilangan keperawanannya akan merasa tertekan dan terasing. Mengapa perasaan demikian terjadi?

Sudah banyak ulasan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawaban paling dominan adalah wanita mengalami stres dan depresi karena ditinggal kekasihnya usai menikmati keindahan tubuhnya. Rasa tak terima dan menyesal berlarut-larut hingga tak jarang membuat wanita malah kadang justru memilih untuk melanjutkan rasa frustasi, stres dan depresinya dengan menjerumuskan diri ke kubang kehancuran, bahkan tak sedikit pula yang nekat mengakhiri hidupnya. Bukan malah memperbaiki diri.

Baca Juga:  Transparansi Dana Hibah: Komisi IV DPRD Sumenep Minta Disnaker Selektif dalam Penyaluran Anggaran Rp 4,5 Miliar

Menurut artikel yang dipublikasi The Frisky tentang pengakuan seorang wanita yang kehilangan keperawanannya di usia 15 tahun, salah satu penyebab utama frustasi, stres dan depresi usai kehilangan keperawanan adalah budaya. Artinya, budaya di suatu daerah, atau bahkan negara berbeda-beda dalam memandang persoalan pelik ini.

Di suatu budaya tertentu, para wanita sudah terbiasa dicekoki dengan pemahaman bahwa keperawanan merupakan hadiah paling spesial untuk seorang suami kelak. Sehingga keperawanan adalah hal paling berharga yang dimiliki seorang wanita. Untuk itulah mengapa harus dipertahankan dan hanya akan menyerahkannya kepada suami kelak usai pernikahan.

“Budaya tampaknya telah membuat semacam standar tersendiri dalam menilai keperawanan yang membuat seseorang merasa tak menarik lagi setelah berhubungan seks pertama kali,” ujar penulis The Frisky.

Padahal, meskipun pahit, pengalaman pertama kali melakukan hubungan intim seharusnya tetap dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk tetap percaya diri di hari-hari selanjutnya.

“Seharusnya kami tetap pantas dipandang sebagai seorang perempuan baik dan tetap menarik,” lanjut artikel tersebut. (ER)

Related Posts

1 of 18