Opini

Mengapa Indonesia Tertinggal (1)

Mengapa Indonesia Tertinggal
Sayidiman Suryohadiprojo

NUSANTARANEWS.CO –  Kelemahan dalam Pembangunan Bangsa. Tidak jarang orang bertanya mengapa Indonesia dengan potensinya yang cukup besar bisa tertinggal dari negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara. Pertanyaan ini diajukan oleh orang-orang luar negeri yang besar minatnya kepada Indonesia, tetapi juga oleh orang Indonesia sendiri khususnya para Pejuang Kemerdekaan yang telah memberikan pengabdian dalam mewujudkan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat , lepas dari penjajahan Belanda yang panjang.

Yang bertanya itu mengetahui bahwa Indonesia dikaruniai Tuhan dengan potensi aneka ragam dan dalam jumlah atau ukuran besar dengan nilai tinggi. Seperti Sumberdaya Alam dalam bentuk Tanah yang luas dan subur di semua pulaunya, khususnya pulau-pulau besar seperti Sumatra-Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua. Tanah subur itu memungkinkan melaksanakan Pertanian dan Perkebunan untuk menghasilkan aneka ragam pangan dan produk perkebunan sebagai bahan untuk produksi aneka ragam barang. Ini diperkuat oleh kondisi cuaca yang mendukung sepanjang tahun.

Tanah luas dan subur itu didampingi lautan dan perairan yang tidak kalah luas dan subur, sekaligus menjadi penghubung antar-pulau. Aneka produk maritim seperti ikan dan pangan lainnya dihasilkan lautan luas itu Tanah dan lautan itu mengandung aneka bahan tambang seperti emas, minyak dan gas bumi, tembaga, nikel, dan lainnya yang semua tinggi harganya dan hanya terdapat di tempat yang amat terbatas jumlahnya di dunia.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menangi Pilpres Satu Putaran

Juga Sumberdaya Manusia yang dapat melaksanakan berbagai pekerjaan yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat. Jumlah Penduduk Indonesia sekarang sekitar 250 juta orang, bertambah banyak dibandingkan ketika baru merdeka pada tahun 1945 sekitar 150 juta orang. Manusia Indonesia punya kualitas cukup tinggi untuk mewujudkan kemajuan, hal mana antara lain dibuktikan dari hasil pendidikan yang ditempuh pemudanya di negara-negara maju.

SDA dan SDM sebagai potensi kemajuan yang tinggi dilengkapi dengan kondisi geografi Indonesia yang amat strategis dan langka di dunia. Sebagai Negara Kepulauan yang luasnya seperti satu Benua Maritim Indonesia memanjang di khatulistiwa di Posisi Silang antara dua Benua Asia dan Australia dan dua Samudera, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Maka Indonesia amat penting sebagai tempat lalu lintas di laut dan udara, baik untuk kepentingan kesejahteraan maupun keamanan internasional.

Kondisi Indonesia dengan berbagai potensi yang berharga sebagai karunia Allah amat berbeda dengan negara-negara lain, khususnya Korea Selatan. Di Korea Selatan tanahnya hanya 30 persen yang dapat ditanami dan juga amat terbatas mengandung bahan tambang. Demikian pula Korea Selatan terbatas wilayah maritimnya. Dan mengalami penjajahan Jepang selama sekitar 30 tahun. Maka ketika pada tahun 1945 lepas dari penjajahan Korea Selatan adalah satu bangsa yang miskin.

Baca Juga:  Oknum Ketua JPKP Cilacap Ancam Wartawan, Ini Reaksi Ketum PPWI

Sebagai sesama negara yang lepas dari penjajahan Indonesia dan Korea Selatan pada tahun 1950 hampir sama miskinnya, dengan Pendapatan per Kapita sekitar USD 80-100. Kemudian pada bulan Juni 1950 Korea Selatan terlibat dalam perang besar akibat pertentangan AS dan Dunia Barat dengan Uni Soviet dan blok Komunis. Korea Utara dikendalikan Uni Soviet dan RRC menyerang Korea Selatan untuk menguasai seluruh jazirah Korea bagi Blok Komunis. Dengan bantuan AS dan sekutunya serangan Korea Utara dapat dihentikan dan dipukul kembali hampir sampai di batas utara negara itu.

Saat itu RRC melakukan intervensi dan menolak kembali kekuatan Sekutu Barat Perkembangan itu mengalami penghentian tembak menembak pada bulan Juli 1953 di Garis Demarkasi yang terletak di 38 derajat Lintang Utara dan disebut Garis Demarkasi Panmunjom. Perang Korea yang dikategorikan perang terbatas (sebagai kebalikan dari perang total) mempunyai makna terbatas bagi AS dan UNi Soviet dalam konfrontasi Blok Barat dan Blok Komunis. Akan tetapi bagi bangsa Korea perang itu bersifat total, hanya tanpa penggunaan senjata nuklir. Maka seluruh Korea mengalami kehancuran yang besar sekali.

Namun kemudian Korea Selatan dapat berkembang maju dan mencapai kesejahteraan serta kemampuan yang jauh melampaui Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia atau World Bank pada tahun 2016 GDP per kapita Korea Selatan USD 25.976 dan nomer urut 31 di Dunia. Sedangkan Indonesia USD 3.475 dan nomer urut 118. Bahkan di lingkungan ASEAN Indonesia di belakang Singapore USD 55.182 nomor 9, Brunai USD 38.563 nomor 25, Malaysia USD 10.538 nomor 66 dan Thailand USD 5.778. nomor 92. Ternyata juga dalam pemerataan kesejahteraan Indonesia tertinggal dengan Korea Selatan. Dengan ukuran IHDI (Inequality Human Development Index) Korea Selatan ada di urutan 32 di dunia , sedangkan Indonesia nomor 75.

Baca Juga:  Penghasut Perang Jerman Menuntut Senjata Nuklir

Hal ini semua menunjukkan bahwa Indonesia dengan segala potensinya yang besar dan banyak kalah maju dalam membawa kesejahteraan bagi bangsanya. Bahkan dapat dikatakan bahwa dengan GINI koefisien 0,41 sedang terjadi kesenjangan antara kaya dan miskin yang amat lebar. Ini semua bertentangan dengan tujuan dan maksud perjuangan bangsa dan Dasar Negara Pancasila. Hal ini harus secepat mungkin kita perbaiki karena pada periode kehidupan sekarang kelemahan atau kekurangan ini dapat membawa dampak besar pada Ketahanan Nasional yang berarti kelangsungan hidup bangsa.(bersambung)

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo (Mantan Gubernur Lemhanas, WAKASAD dan Dubes RI untuk Jepang/sumber sayidiman.suryohadiprojo.com)

Related Posts

1 of 3,086