NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketika Amerika Serikat (AS) terus mengimpor minyak Rusia dan menghapus beberapa sanksi pada komoditas penting Rusia lainnya untuk mengurangi tekanan pada ekonominya sendiri – Birokrat Uni Eropa justeru tanpa akal sehat terus menjalankan sanksi yang merugikan diri sendiri.
Sementara Arab Saudi yang mulai melepaskan diri dari bayang-bayang AS mulai menikmati keuntungan dari dampak operasi militer khusus Rusia di Ukraina – yang secara alami telah mendorong kenaikan harga minyak di pasar global.
Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan AS – tentu sangat menikmati kenaikan harga semua produk energi global ini. Apalagi Rusia sekarang menjual minyak dengan harga termurah, membuatnya sangat menarik bagi negara lain yang tidak mampu membeli. Tak heran bila Cina dan India mulai mengimpor minyak Rusia besar-besaran.
Bahkan Rusia mulai mengambil alih pangsa pasar Saudi di negara lain, termasuk Cina, salah satu konsumen minyak terbesar dunia. Namun Saudi terlihat tidak terusik justeru malah mulai menggandakan impor minyaknya dari Rusia.
Dan Saudi tampaknya sangat menikmati mengimpor minyak Rusia yang sangat murah dan menjualnya kembali dengan harga selangit ke Uni Eropa dan negara lain.
Bagi Rusia, hal ini jelas win-win solution. Uni Eropa yang mengembargo Rusia kini terpaksa membeli minyak Rusia melalui perantara Arab Saudi tentu dengan harga berlipat ganda pula untuk mendapatkan jumlah minyak yang sama seperti sebelum Februari.
Arab Saudi jelas sangat diuntungkan karena secara efektif menjadi perantara menjual kembali minyak Rusia ke Barat – meski pasar Cina dan India sekarang lebih banyak membeli minyak Rusia.
Selain itu, industri minyak Saudi juga dapat bekerja lebih sedikit sambil mendapatkan keuntungan lebih banyak selama Uni Eropa yang tanpa menggunakan akal sehatnya terus terjebak konfrontasi dengan Rusia. Siapa yang senang? (Agus Setiawan)