Traveling

Mengabadikan Moment Romantik di Candi Sambisari si Cantik dan Menawan

Candi Sambisari/Foto Nusantaranews vi Film AADC? 2
Candi Sambisari/Foto Nusantaranews vi Film AADC? 2

NUSANTARANEWS.CO – Akhir pekan tiba, jalanan penuh kendaraan menuju tempat-tempat wisata. Masyarakat urban, khususnya di ibukota Jakarta banyak yang mananti-nanti akhir pekan tiba. Liburan dan/atau traveling menjadi jadwal khusus yang mungkin sudah jadi prioritas utama. Wajar bila di akhir pekan, kemacetan di Jakarta sedikit berkurang, karena penghuninya pada keluar kota, ke tempat-tempat wisata.

Namun, tahukah Anda pembaca yang budiman, liburan dengan traveling itu memiliki perbedaan tegas. Mungkin yang sudah hobby liburan dan traveling sudah tahu dimana letak perbedaannya itu. Apalagi bagi Anda yang sudah nonton film percintaan, yang cukup meledenda di tanah air yaitu fil Ada Apa Dengan Cinta? (AADC?) 2. Dalam film yang dibintangi Nicholas Saputra berperan sebagai Rangga dan Dian Sastrowardoyu memerankan sosok Cinta, ada percakapan yang menerangkan soal perbedaan antara liburan dengan traveling.

Dalam adegan film ini, Rangga menjelaskan pada Cinta ketika Rangga ajak Cinta jalan-jalan, tepatnya setelah berkunjung ke tempat wisata sejarah Candi Sambisari di Yogyakarta. “Ada perbedaan antara orang liburan dengan traveling. Jika orang liburan identik dengan jadwal yang pasti, sudah menentukan tempat tinggal (istirahat) yang nyamanya, dan telah memilih tempat-tempat menarik dan bagus untuk foto-foto seperti tempat kuliner yang keren dan enak masakannya,” kata Rangga.

Cinta pun menegaskan, “ya iyalah, namanya juga liburan”. Sedengakan orang traveling, lanjut Rangga, lebih cenderung mementingkan spontanitas, siap mengambil resiko, berani dengan sega kemungkinan yang akan datang, dan mesti dinikmati adalah proses perjalannya serta kejutan-kejutan yang mungkin muncul kemudian. “Life is a journey, not a destination,” tanggap Cinta seolah sedang mengingat pernyataan bijak dari sosok tokoh Ralph Waldo Emerson.

Baca Juga:  Indonesia Mulai Terapkan Green Tourism dan Wellness di Sektor Pariwisata 

Spektakuler! Life is a journey, not a destination! Lantas seberapa menariknya tempat wisata sejarah bernama Candi Sambisari si cantik rupawan itu, sampai menjadi salah setting film AADC? 2. Candi Sambisari selain menghidangkan kecantikannya pada para traveler atau wisatawan, tempat wisata ini juga akan memberikan sekian pelajaran sejarah. Berkunjung ke Candi Sambisari, selain bisa beromantisme dengan pasangan, juga bisa belajar tentang peninggalan sejarah masa lalu. Dengan mengetahui sejarah melaui peningglannya, mungkin para traveler bisa melakukan refleksi dari padanya.

Candi Sambisari menurut catatan di laman Perpustakaan Nasional RI merupakan candi Hindu beraliran Syiwa yang menurut perkiraan para arkeolog dibangun pada awal abad ke-9 oleh Rakai Garung, seorang Raja Mataram Hindu dari Wangsa Syailendra. Candi Sambisari selama berabad-abad terpendem di bawah abu vulkanik kiriman dari gunung Merapi. Kemudian puluhan tahun silan secara tidak sengaja, seorang petani yang sedang mencangkul di sawahnya merasakan cangkulnya menghantam sebuah benda keras.

Penasaran dengan benda yang terhantam cangkulnya, si petani pun menggalinya. Ternya setelah diamati yang terhantam itu adalah sebongkah batu berhiaskan pahatan kuno. Setelah temuan pak tani dilaporkan ke Balai Arkeologi Yogyakarta, penelitian dan penggalian seperlunya pun dilakukan untuk kepentingan penelitian lebih lanjut. Dari hasil penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 1966 ditetapkan ditetapkan bahwa di lahan tersebut terdapat reruntuhan sebuah candi yang terpendam oleh timbunan pasir dan batu yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi pada tahun 1906. Selanjutnya pada tahun 1987 rekonstruksi dan pemugaran candi ini pun selesai dan bisa dikunjungi oleh treveler atau wisatan sebagai tempat wisata.

Baca Juga:  Indonesia Mulai Terapkan Green Tourism dan Wellness di Sektor Pariwisata 

Candi Sambisari dari kejauhan memang tidak tampak sebagaimana candi Borobudur dan candi Prambanan. Sebab candi Sambisari terletak sekitar 6,5 m di bawah permukaan tanah. Menurut dugaan, sebagaimana dilaporkan Perpusnas, pada masanya permukaan tanah daerah di sekeliling candi tidak lebih tinggi dari lahan datar tempat Candi Sambisari berada, namun tanah pasir dan bebatuan yang terbawa oleh letusan G. Merapi pada tahun 1006 telah menimbun daerah itu. Akibatnya, Candi yang cantik ini pun terbenam dalam timbunan cukup lama, sehingga saat ini posisinya menjadi lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya. Lebih lengkapnya telusuri riwayat Candi Sambisari di laman Perpustaan Nasional RI.

Treveler yang ingin berakhir pekan di Yogyakarta, tidak akan rugi jika berkunnjung ke Candi Sambisari yang sudah selesai dirian itu. Dimana para traveler akan dapat melihat langsung kaki candi polos yang tanpa hiasan, namun bagian luar dinding langkannya penuh hiasan seretan pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran yang sangat halus pahatannya.

Tidak hanya itu, treveler juga akan menikmati perjalanan dengan menaiki tangga untuk menuju ke selasar yang terletak di depan pintu, yaitu di sisi barat. Tangga ini dilengkapi dengan pipi yang dihiasi pahatan sepasang kepala naga dengan mulut menganga. Batu di bawah masing-masing kepala naga dihiasi pahatan berupa Gana dalam posisi berjongkok dengan kedua tangan diangkat ke atas, seolah-olah menyangga kepala naga di atasnya. Gana, atau sering juga disebut Syiwaduta, adalah makhluk kecil pengiring Syiwa. Pahatan Gana juga terdapat di pintu masuk candi-candi besar di kompleks Candi Prambanan.

Baca Juga:  Indonesia Mulai Terapkan Green Tourism dan Wellness di Sektor Pariwisata 

Nah, setelah sampai di puncak tangga, treveler akan mendapati gerbang paduraksa dengan bingkai dihiasi pahatan motif kertas tempel. Kaki bingkai dihiasi pahatan kepala naga menghadap ke luar dengan mulut menganga. Hiasan yang sama juga terdapat di pintu masuk ke ruangan dalam, namun di ambang pintu ruangan terdapat pahatan Kalamakara tanpa rahang bawah. Bahkan, penglihatan traveler akan dihadapkan dengan relung berisi arca di masing-masing sisi dinding luar tubuh candi. Tidak hanya itu, di dalam relung di dinding selatan terdapat Arca Agastya atau Syiwa Mahaguru, di dinding timur terdapat Arca Ganesha, dan di dinding utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini.

Selain itu, masih banyak lagi peninggalan yang menunjukkan kehidupan di masa lalu. Supaya traveler bisa menikmati semua itu, Traveler bisa langsung memulai acara traveling ke candi Sambisari yang berlokasi di di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Jika Traveler sudah berada di pusat kota Yogyakarta, jaraknya hanya 15 kilometer ke arah timur laut untuk mengunjunginya. Satu lagi, untuk tiket masuk kesana sangat-sangat relatif murah. Buktikan saja, sebelum menyesal karena tidak sembat mengabadikan moment bahagia dan romantis di situs candi Sambisari ini. (Riskiana Sulaiman)

Related Posts

1 of 14