OpiniPolitik

Meneropong Pilgub Jatim 2018 (Bag III): Kyai War on Pilgub Jatim (II)

NUSANTARANEWS.CO – Dominasi dukungan kyai, khususnya basis Nahdiliyin kepada kedua paslon tidak diragukan lagi. Ibaratkan pion, Gus Ipul dan Khofifah merupakan bintang cemerlang pengurus jajaran NU struktural di tingkat nasional. Bisa dipastikan, pemenang kontestasi pilgub berasal dari NU. Nah, yang menarik justru gerbong kyai yang mendukung di belakangnya. Siapa sajakah yang mendukung Gus Ipul dan Puti.

Hal menarik sebenarnya telah disampaikan Setya Novanto jauh hari. Menurutnya, Pilkada 2018 adalah momentum yang tepat untuk mengusung kader NU menjadi pemimpin Jawa Timur. Hal itu disampaikan pada Rakerda DPD Partai Golkar Jawa Timur, Sabtu (5/5/2017).

Awalanya, Kyai dan Bu Nyai mantap mendukung Gus Ipul-Anas. Pasca pengunduran diri Anas, konstelasi sedikit berubah. Isunya digeser pada trah keturunan. Gus Ipul dikaitkan dengan cicit pendiri NU yang sekaligus pejuang Indonesia. Pun Puti dikaitkan dengan keluarga berdarah Soekarno. Tampaknya ‘trah keturunan’ inilah yang menjadi jualan utama untuk membranding Gus Ipul-Puti. Meski demikian, Cak Imin PKB sebagai partai pengusung telah memberikan jaminan bahwa mayoritas kiai mendukung Gus Ipul.

Baca Juga:  Jamin Suntik 85 Persen Suara, Buruh SPSI Jatim Dukung Khofifah Maju Pilgub

Kyai di Belakang Gus Ipul

Forum Komunikasi Kia Kampung Jawa Timur (FK3JT) telah lebih awal mendeklarasikan dukungan pada GI. Seperti penuturan KH Islahul Hidayat di Pasuruan (18/10/2017), alasan mendukung GI di antaranya Gus Ipul kader NU tulen. Sosok GI telah dua periode menjabat Wagub Jatim dan terbukti mampu menjalankan roda pemerintahan.

Para kian telah menyatakan membentuk 8 posko pemenangan di tiap kabupaten dan kota. Terutama wilayah Mataraman. Forum kiai memiliki ribuan anggota dan siap mendukung serta mendoakan GI memenangi pilgub.

Seolah tak mau kalah. Bu Nyai pun terbelah. Tampaknya pemilih perempuan menjadi sasaran empuk dalam mendulang suara. Isu perempuan dan programnya akan menjadi jualan dalam kampanye nanti. Ada sekita 600-an istri kian dan kaia Mataraman mendeklarasikan diri mendukung GI di Ponpes Al-Amin, Ngasinan, Kota Kediri. Senin (30/11/2017) 11 istri pengasuh ponpes Mataraman mengikrarkan diri. Para istri kiai itu hadir dari Keidri, Trenggalek, Blitar, Tulungagung, Madiun, Magetan dan Ponorogo.

Baca Juga:  Wacanakan Hak Angket Kecurangan Pemilu 2024, Golkar Sebut Ganjar Kurang Legowo

Hal yang mengagetkan muncul dari penuturan Hidayat Nur Wahid. HNW menjelaskan jika kiai yang aktif di (aksi) 212 meminta PKS mendukung GI. Pinangan GI pada PKS atas arahan kia Pasuruan atau wilayah Tapal Kuda.

Catatan

Mampukah GI-Puti siap memikul dukungan dari para Kyai Jatim? Mengingat harapannya begitu tinggi. Jika dicermati dukungan Kyai ini dapat diambil beberapa catatan:

Pertama, masyarakat NU Jatim, sudah lama mengharap ada kader NU jadi gubernur. Beberapa wilayah di Jawa Timur pun demikian. Meski, kader NU sering kalah atau jadi wakilnya. GI kader NU yang juga Ansor memiliki kapasitas untuk memenangi Pilgub. Mesin Ansor akan dijalankan otomatis untuk pemangannya.

Kedua, GI dari NU dan Puti dari nasionalis. Pasangan ini berbalut nasionalis-religius yang dianggap mewakili rakyat Jawa Timur. PDI P dengan mesin partai dan kadernya juga akan memaksimalkan dalam meraih dukungan dari rakyat. Upaya bersanding dengan ulama untuk mendekat pada konstituen.

Baca Juga:  Mulai Emil Hingga Bayu, Inilah Cawagub Potensial Khofifah Versi ARCI

Ketiga, kyai melihat pemimpin lebih baik lelaki. Hal ini sebagaimana khazanah dalam fiqh dan hadits nabi.

Keempat, kyai lebih mendukung pada person, bukan pada partai pengusung. Hal ini menunjukan bahwa kyai belum masuk pada kajian mendalam politik sistem demokrasi. Asalkan pemimpinnya muslim dan kader terbaik, jalan lapang maju itu ada.

Kelima, alasan pemikiran lebih mendominasi dukungan kyai pada GI-Puti. Apalagi komunikasi yang dibangun dalam kampanye akan senantiasa dikaitkan dengan NU, ulama, dan pendirinya.

Pada akhirnya, gerbong umat ini akan mengekor pilihan ulama’. Jangan sampai rakyat kembali disia-siakan nasibnya. Rakyat hidup sudah berat, dililit aturan tak pro rakyat. Kini mampukah kyai bertanggung jawab pada dukungannya? Serta jawaban yang tepat kepada umat: untuk apa dan mengapa harus mendukung mereka?

Baca: Meneropong Pilgub Jatim 2018 (Bag II): Kiai War on Pilgub Jatim

Penulis: Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)

Related Posts

1 of 52