Budaya / SeniKreativitasPuisi

Menemukan Cinta, Zikir, dan Takdir Dalam Buku Puisi Ucap Gemercik Air

Dari Kiri ke Kanan - Penyair LK Ara, Narudin Pituin, Heryus Saputro Samhudi, dan Kurnia Effendi dalam diskusi buku Ucap Gemercik Air di PDS HB Jassin, Jumat, 28 Juli 2019. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Dari Kiri ke Kanan – Penyair LK Ara, Narudin Pituin, Heryus Saputro Samhudi, dan Kurnia Effendi dalam diskusi buku Ucap Gemercik Air di PDS HB Jassin, Jumat, 28 Juli 2019. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Penyair L.K. Ara meluncurkan antologi puisi terbarunya berjudul “Ucap Gemercik Air” (The Voice Water) di PDS HB Jassin,  Sabtu, 27 Juli 2019.

Hadir sebagai pembicara diskusi Ucap Genericik Air karya Penyair Indonesia dari Aceh ini antara lain Sastrawan Indonesia Kurnia Effendi dan Kritikus Sastra Narudin Pituin yang dimoderatori oleh Heryus Saputro Samhudi.

Kurnia Efendi yang akrab disapa Kef menuturkan, sebuah pertemuan dirinya dengan L.K Ara suatu waktu. Pada sebuah perbincangan, tutur Kef, sembari makan siang, Pak Ara berucap: “Kadang-kadang terpikir, ingin udahan saja.”

“Sebelumnya kami membahas tentang usia. Kata ‘udahan’ itu sungguh dimaksudkan sebagai makna selesainya ‘tugas sebagai khalifah’ di Bumi. Alangkah senang jika saya pun mampu dengan ringan dan ikhlas bilang begitu,” kata Kef mengawali diskusi sore ini.

“Sementara perjalanan hidup yang saya lalui masih hitam oleh gelimang dosa. Apakah cukup pantas dibayar dengan puisi-puisi religius?,” imbuh Kef reflektif.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Menurut, Redaktur Mahalah Sasta dan Gaya Hidup “Majas”, setiap penyair memiliki waktu-waktu tertentu menjadi religius. Ketika penyair berada dalam kesendirian, kesunyian dan kesepian, bisa muncul dorongan dari dalam dirinya untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Khalik.

“Beberapa puisi yang saya baca sendiri di malam hari, saya menemukan puisi L.K Ara ini mengandung kedalaman walaupun temanya mungkin juga sudah ditulis oleh penyair lain. Tetapi puisi L.K. Ara ini mengandung arti yang berbeda,” hemat Penulis Buku Senapan Cinta itu.

Siapa pun, lanjut Kef, seolah mampu mencipta puisi-puisi sebagaimana yang ditulis L.K Ara. “Namun demikian, tanpa mengurangi pengalaman zikir yang nyata, saya kira tiap kata akan terasa hampa saja. Pak Ara sepertinya tak ingin berpanjang kalam dalam berdialog dengan Sang Khalik,” imbuhnya.

Kef mencontohkan beberapa puisi Ara yang terhimpun dalam buku Ucap Gemercik Air , salah satunya yang berjudul “Jumat”.

“Gelombang tobat/ Zikir semakin padat/ Turun ke lembah/ Hingga ke batu/ Di dasar sungai tak terjamah // Gemuruh tobat / Dalam bentangan alam luas / Tak terbatas / Tertuju ke pangkuan-Mu / Mohon rida-MU.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

“Semua orang mungkin belajar tentang tema ini dari khutbah Jumat terakhir di bulan Ramadhan. Tetapi apa yang disampaikan L.K Ara dalam puisi Jumat tersebut memiliki kedalam pengajaran tersendiri melalui puisi,” kata Kef.

Lebih lanjut Kurnia Effendi menilai, L.K Ara tidak memberikan pembaruan apapun dalam buku puisi ini. Kendati demikian, bait-bait dalam puisi L.K. Ara tidak mengurangi kemurnian puisi. “Untuk apa kita menuntut ada pembaruan dalam puisi, jika yang lahir adalah kata-kata gelap yang rumit untuk dipahami oleh pembaca,” kata Kef.

Penyair LK Ara bersama Pimpinan Teater Tanah Air cum Sastrawan Jose Rizal Manua. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Penyair LK Ara bersama Pimpinan Teater Tanah Air cum Sastrawan Jose Rizal Manua. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

Sementara itu, kritikus Narudin Pituin menilai puisi-puisi yang terhimpun dalam ‘Ucap Gemericik Air’ jika diperas menjadi satu kata akan menjelma kata cinta. “Semua puisi yang ada dalam antologi ini jika diperas jadi satu kata ialah Cinta,” kata Narudin.

“Cinta yang digelontorkan oleh L.K Ara ini bukan cinta yang sembarangan melainkan cinta yang melebihi dunia dan isinya,” imbuhnya.

Narudin mengatakan bahwa puisi berjudul “Ucap” dan Puisi “Gemercik Air” adalah dua puisi yang disatukan menjadi judul antologi puisi “Ucap Gemercik Air”.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Tentang bunyi air, Narudin mengatakan bahwa bunyi air bukan sekedar bunyi tetapi bunyi yang mengandung zikir air kepada sang Khaliq.

“Puisi-puisi L.K Ara ini menyentuh hati, jadi tidak lagi memperulikan sintaksis. Yang terpenting adalah bagainana tema salam puisi L.K Ara sampai kepada pembaca,” katanya. (red/nn)

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,140