Terbaru

Mendag: Kampanye Hitam Sawit Indonesia di Luar Negeri Lebih Vulgar

Mendag Enggartiasto Lukita di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (23/8/2017). Foto Richard Andika/ NusantaraNews.co
Mendag Enggartiasto Lukita di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (23/8/2017). Foto Richard Andika/ NusantaraNews.co

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Komoditas ekspor andalan Indonesia, minyak sawit atau crude palm oil (CPO) belakangan ini mendapat sentimen negatif di Uni Eropa. Bahkan parlemen Uni Eropa sampai mengeluarkan resolusi yang menyatakan sawit Indonesia terkait erat dengan isu pelanggaran HAM, korupsi, pekerja anak, dan penghilangan hak masyarakat adat.

Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita mengungkapkan, meski CPO Indonesia sering diserang secara negatif di Eropa, pihaknya mengaku tak akan membalasnya dengan tindakan yang sama.

“Bukan lagi negative campaign, tapi black campaign, dan apa yang dilakukan sudah lebih vulgar dan terbuka,” ujat Enggar di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Menurut dia, sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Indonesia perlu melawan serangan kampanye hitam masyarakat Eropa dengan cara memberikan fakta bila tudingan negatif tersebut tidak benar.

“Kita tidak boleh membalas dengan vulgar lagi, tapi harus dengan lebih santun. Karena dalam teori marketing kita tidak boleh menuding orang, tapi kita harus tunjukkan produk kita sendiri,” ucapnya.

Baca Juga:  Panen Bunga Sedap Malam di Pasuruan, Khofifah Sebut Petani Milenial Jatim Tertinggi di Indonesia

Enggar juga menyatakan Indonesia perlu aktif mensosialisasikan mekanisme produksi sawit di Indonesia kepada masyarakat Eropa. Menurutnya, cara ini dilakukan agar sawit Indonesia mendapatkan penilaian positif dan tetap bersaing dengan produk sejenis di negara-negara Eropa.

“Saya bilang, kita the biggest and we are the best. Tidak mungkin kami sebagai produsen, eksportir terbesar mempertaruhkan nama baik kita dengan kualitas tidak baik. Justru dengan kita terbesar, pasti kita akan pertahankan eksistensi kita, meningkatkan kualitas kita. Kita harus memberikan arah pembenarannya, sehingga mereka sadar. Itulah ironinya dalam dunia perdagangan,” ungkapnya.

Enggar menyampaikan, daripada Indonesia sibuk mengurusi kampanye negatif di Eropa, pihaknya lebih memilih fokus menghadapi persaingan dengan produsen CPO lainnya.

“Kemarin kita ke Rusia, (pasar) Rusia tumbuh, ekspor CPO naik, tapi market share kita berkurang. Karena pertumbuhan tetangga (Malaysia) lebih besar dari kita. Kalau ini didiamkan akan terjadi pergeseran market share, dan ini jadi ancaman kalau kita business as usual,” tutur Enggar.

Baca Juga:  Transisi Tarian Dero Menjadi Budaya Pop

Pewarta: Ricard Andhika
Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 33