Mencermati Eskalasi Konflik India dan Pakistan Mutakhir

Konflik India dan Pakistan/Foto Ilustrasi/rajasthanpatrika/Nusantaranews

Konflik India dan Pakistan/Foto Ilustrasi/rajasthanpatrika/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO – Mencermati Eskalasi Konflik India dan Pakistan Mutakhir. Dalam sejarahnya konflik India dan Pakistan telah berlangsung selama 70 tahun. Sebulan belakangan ini  ketegangan kembali meningkat di wilayah sengketa Jammu dan Kashmir – tercatat 11 orang telah tewas dan 18 lainnya luka-luka ketika terjadi pelanggaran gencatan senjata di sepanjang garis perbatasan. Sementara di tengah meningkatnya ketegangan 4.000 orang terpaksa menjadi pengungsi.

Kementerian Pertahanan India menuduh pasukan Pakistan menargetkan warga sipil dalam serangan artileri. Sementara setelah pelanggaran gencatan senjata pada 21 Juli, Pakistan menyalahkan India karena melanggar perjanjian gencatan senjata, dan memanggil komisaris tinggi India untuk membahas masalah tersebut.

Pekan lalu, mantan menteri pertahanan India dan ketua partai oposisi Samajwadi Mulayam Signh Yadav mengklaim bahwa China bersiap untuk menyerang India, dan ingin menggunakan senjata nuklir Pakistan melawan Delhi.

Menurut para analis memang ada bukti tidak langsung yang menunjukkan bahwa Delhi sedang mempertimbangkan untuk menafsirkan kembali doktrin nuklirnya – di mana militer India ingin memodifikasi doktrinnya untuk memasukkan serangan preemptif terbatas terhadap arsenal nuklir Pakistan dengan alasan membela diri.

Untuk saat ini, idenya tetap spekulasi, dan berdasarkan analisis terhadap pernyataan baru-baru ini oleh pejabat India.

Spekulasi semacam itu membawa risiko mendorong Pakistan untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya sendiri, dan meningkatkan perlombaan senjata nuklir di antara dua kekuatan nuklir tersebut. Revisi doktrin pertahanan India dapat menyebabkan Pakistan juga mempertimbangkan eskalasi apapun sebagai dalih untuk serangan pertama.

India dan Pakistan diperkirakan masing-masing memiliki lebih dari 100 hulu ledak nuklir. Sistem pertahanan India meliputi rudal jarak pendek Prithvi dan jarak menengah Agni, serta serta rudal balistik antar benua yang diluncurkan dari kapal selam yang saat ini sedang dikembangkan.

Sementara Pakistan memiliki rudal jelajah jarak pendek dan jarak menengah serta rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Pakistan juga sedang menguji sistem pertahanan rudal jelajah baru yang diluncurkan dari laut.

Pada awal Juli, Stockholm International Peace Research Institute melaporkan bahwa India dan Pakistan sedang menambah stok persenjataan nuklir mereka serta meningkatkan sistem pertahanan rudal terbaru mereka.

Dengan tensi ketegangan yang tinggi di benua India tersebut, dikhawatirkan akan memicu bencana yang lebih besar. Eskalasi di Jammu dan Kashmir, atau terjadi serangan teroris dalam skala besar besar di India – seperti di Mumbai – mungkin bisa menjadi pemicu sebuah serangan nuklir preventif oleh India.

Yang jadi masalah utama adalah tidak ada yang tahu persis kriteria apa yang dimiliki Pakistan untuk meluncurkan senjata nuklirnya – atau apa yang sebenarnya dianggap sebagai awal perang oleh India. Sedangkan masalah kedua adalah bila terjadi serangan teroris di India yang mungkin tidak terkait sama sekali dengan Pakistan, namun akan sangat sulit untuk meyakinkan pihak India mengenai hal tersebut.

Dalam sebuah studi tahun 2008 yang berfokus pada konsekuensi lingkungan dari perang nuklir antara India dan Pakistan oleh para periset dari Universitas Colorado dan University of California menyimpulkan bahwa bila kedua negara perang menggunakan senjata nuklirnya akan menyebabkan malapetaka iklim dan bencana kelaparan masal. Akibatnya diperkirakan sekitar satu miliar orang akan meninggal dalam satu dekade.

Dengan kata lain, bila India dan Pakistan terlibat perang nuklir maka konsekuensinya adalah menyangkut seluruh dunia.

Penulis: Banyu
Editor: Romandhon

 

Exit mobile version