MancanegaraOpini

Mencermati Babak Baru Perang Non-Konvensional AS-Iran

Mencermati Babak Baru Perang Non-Konvensional AS-Iran
Mencermati Babak Baru Perang Non-Konvensional AS-Iran. Mayor Jenderal Qasem Soleimani/Foto: Islamic Invitation Turkey

NUSANTARANEWS.CO – Mencermati babak baru Perang Non-Konvensional AS-Iran. Amerika Serikat (AS) membunuh Mayor Jenderal Qasem Soleimani karena dianggap sebagai musuh utama dibalik kekalahan perang proksi AS di kawasan Timur Tengah. Komandan IGRC ini boleh dikata memang menjadi salah satu ahli taktik perang non konvensional yang paling brilian saat ini. Tidak mengherankan bila Washington sangat membencinya terutama dengan keberhasilannya mengalahkan pasukan proksi regional Washington di Timur Tengah yang secara langsung juga telah mengakibatkan menurunnya pengaruh AS di kawasan belakangan ini.

Dengan kepiwaiannya, Komandan Pasukan Quds ini berhasil membantu Tentara Arab Suriah (SAA) mengancurkan kekuatan ISIS yang di dukung oleh AS dan sekutu baratnya. Dalam lingkup yang lebih luas, Sang Jenderal juga telah memainkan peran besar dalam mengalahkan pasukan proksi dan terorisme di Suriah dan Irak, sehingga dirinya begitu dihormati sebagai seorang panglima perang yang cemerlang.

Seiring dengan agenda tersembunyi AS yang berkepentingan dengan perang skala besar untuk kepentingan industri senjatanya yang bisa bernilai trilyun dolar (bila perang),  membunuh Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran ini jelas merupakan provokasi sekaligus pesan kepada kawan dan lawan bahwa AS serius akan mengambil tindakan apapun terkait serangan anti-Amerika. Terlepas dari agenda tersembunyi itu, AS belakangan memang sedang mencari dalih yang pas untuk membunuh komandan IRGC ini.

Baca Juga:  Ecuador Suspends Recognition of Polisario Militia

Setelah berhasil membunuh Soleimani, Washington pun memaksa Iran agar segera menarik diri dari Suriah dan Irak – namun Iran tetap bertahan karena memiliki hak hukum untuk tetap berada di sana atas permintaan pemerintah negara yang bersangkutan yang diakui secara internasional.

Sebelum pembunuhan, Menteri Pertahanan AS sebelumnya telah memperingatkan Iran agar tidak melakukan tindakan anti-Amerika di Irak, meski Iran telah membantah keterlibatannya dalam peristiwa kerusuhan baru-baru ini.

Belakangan, AS memang rajin terlibat langsung dalam melakukan serangan terhadap pasukan Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak yang dianggap sebagai sekutu IRGC. Seperti diketahui, PMU adalah organisasi payung yang disponsori oleh Irak yang meliputi sedikitnya 40 milisi yang terdiri dari kelompok Syiah, Sunni , Kristen , dan Yazidi  yang dibentuk pada 2014 untuk berperang melawan ISIS.

Meski terus mendapat serangan oleh AS, PMU tetap melancarkan serangan untuk membersihkan sisa-sisa kelompok teroris ISIS di distrik al-Hadar di selatan ibukota provinsi Mosul. Bahkan baru-baru ini, PMU melancarkan operasi militer dengan sandi “al-Qaim Martyrs” – nama yang diambil dari mereka yang tewas akibat serangan udara AS di Baghdad dalam peristiwa unjuk rasa di kedutaaan Amerika baru-baru ini.

Baca Juga:  Winning the US Election, King of Morocco Congratulates Trump as the Next US President

Berbagai provokasi AS belakangan ini memang ditujukan untuk memicu reaksi balasan agar dapat dijadikan dalih untuk melakukan serangan baru terhadap Iran maupun terhadap sekutu proksinya di kawasan. Tidak ada keraguan bahwa AS sedang melakukan pembalasan terhadap pasukan anti-teroris yang telah mengalahkan ISIS meski bertentangan dengan hukum internasional.

AS tampaknya ingin mempertahankan dominasinya di kawasan dengan melakukan beberapa penyesuaian setelah beberapa strategi regionalnya mengalami kemunduran – terutama berkat strategi perang non-konvensional yang dilancarkan oleh Komandan Quds yang begitu mematikan langkah pasukan proksi regional AS.

Bahwa tidak diragukan lagi Iran dapat menimbulkan kerusakan yang sangat serius pada musuh-musuh regionalnya jika melakukannya. Tetapi belajar dari pengalaman strategi perang yang dilancarkan oleh Jenderal Soleimani – Iran tampaknya akan melanjutkan bentuk Perang Non-konvensional yang lebih intensif.

AS dan sekutu-sekutunya tentu sudah memprediksi hal ini dan kemungkinan besar akan menyalahkan Iran atas segala serangan apa pun dalam waktu-waktu mendatang. Tidak peduli apakah itu benar Iran terlibat atau tidak – sebagai dalih Washington untuk melakukan serangan terbaru terhadap target-targetnya di kawasan regional. Babak baru Perang Non-Konvensional tampaknya segera dimulai. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050