NUSANTARANEWS.CO – Pemerintah Turki meminta agar Indonesia menutup sekolah bernuansa negara beribu kota Ankara itu karena diduga berafiliasi dengan kelompok Fethullah Gullen. Namun, pemerintah Indonesia menolaknya.
Bahkan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin menyatakan, tidak ada sekolah di Indonesia yang berafiliasi dengan kelompok radikal. Namun, ia mengatakan hanya ada satu lembaga yang diputuskan kontraknya karena tidak kunjung terealisi program dari kerjasama tersebut.
“Kecuali satu lembaga yang bekerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah. Itu pun baru berbentuk MoU dan kita putuskan kerjasamanya karena terlalu lama realisasi dari kerjasama tersebut,” kata Lukman, di Jakarta, Selasa (2/8).
(Baca : Menag Lukman Lepas 175 Hufadz ke Turki)
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Ferdiansyah mengatakan, ke-9 sekolah yang diminta untuk ditutup tersebut harus dikaji terlebih dari segi perizinan. Kemudian, melihat bagaimana proses pembelajaranya.
“Jadi solusinya seperti ini intinya, tidak boleh merugikan peserta didik, harus ada konsekuensinya bila mana ditutup. Maka itu saya berpendapat harus ada yang clear dulu,” kata politikus Golkar itu.
Menurut Ferdi, sekolah-sekolah tersebut merupakan kerjasama bilateral dua negara. Karenanya, pemerintah Turki harus menjelaskan secara detil apa alasanya menutup sekolah-sekolah tersebut beserta solusinya.
“Jangan membuat susah pemerintah Indonesia. Pendidik (guru) dan siswa (peserta didik),” kata dia.
Indonesia, kata Ferdi, punya kedaulatan sendiri. Karena itu, ia berharap jangan sampai Turki memutuskan sepihak hanya karena sekelompok separatis. “Ini kan semua proses pembelajaran sudah berlangsung, nggak bisa asal tutup dong, ini kan bukan Turki,” tandasnya. (Achmad)