Budaya / SeniKreativitas

Memotret Tiga Dimensi Pertemuan Teknologi dan Sastra

NusantaraNews.co, Jakarta – Di dalam jagad perpuisian Indonesia, penyair perempuan balum banyak (untuk tidak menyebut sedikit) yang terpublikasi karyanya di hadapan sidang pembaca. Baik dalam media cetak, online, antologi puisi (bunga rampai mapun tunggal) maupun di panggung-panggung puisi.

Padahal, di banyak komunitas, tidak sedikit perempuan-perempuan yang aktif menulis puisi, membaca puisi, dan menulis serta membacakan puisi-puisi yang ditulisnya. Namun hingga kini, belum semuanya tampil ke publik, kendati semakin ke sini sudah mulai bermunculan pernyair perempuan, baik hadir secara pribadi melalui media massa atau buku puisi, maupun hadir secara berjamaah lewat acara-acara panggung-panggung puisi yang memuat karya dalam bunga rampai.

Memasuki era teknologi yang semakin canggih, dimana para penggunanya memungkinkan secara mandiri untuk mempublikasikan sebuah karya –dalam hal ini puisi– perempuan-perempuan penyair kian menampakkan daya kreatif dan daya ciptanya.

Beberapa waktu lalu, di Teater Perpustakaan Nasional, Jalan Salemba, Jakarta Pusat, berbarengan dengan peringatan Hari Ibu, Jumat (22/12/2017), ada peristiwa menarik yakni peluncuran buku berjudul “Perempuan Era Teknologi dalam Puisi”. Hadir dalam acara tersebut sebagai pembicara seperti Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati, Ahli Teknologi Informasi UI Dr. Betty Purwandari dan CEO Value Alignment Group Riri Satria.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Riri Satria yang juga aktif menulis puisi mengatakan, pembahasan terkait “Perempuan Era Teknologi” adalah topik yang sangat menarik.

“Apa hubungan teknologi dengan sastra? Membicarakan kaitan sastra dan teknologi, dapat menempatkan kedua ke dalam tiga dimensi. Pertama, teknologi sebagai topik sastra atau menjadi objek di dalam karya sastra. Kedua, teknologi mempengaruhi karya sastra?,” kata Riri.

Dimensi kedua tersebut, kata dia, masih menjadi perbincangan di kalangan sastrawan maupun kritikus sastra. Apakah teknologi telah memindahkan karya sastra dari teks di atas kertas ke dalam teks bentuk digital atau teknologi telah merubah paradigma bersastra. Ketiga, teknologi adalah medium untuk menyampaikan karya sastra, seperti media sosial.

“Fenomana yang menarik, dewasa ini, dengan adanya media sosial, orang bisa membalas puisi dengan puisi –sesuatu yang mungkin tidak terjadi di zaman dulu–. Adanya media sosial pun membuat sastra lebih mudah dijangkau oleh semua kalangan. Sastra pun tidak bisa lepas dari teknologi seiring dengan hadirnya digital society,” ujar papar Riri.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Ditambahkannya bahwa, orang-orang teknologi selalu menghitung waktu. Makanya dalam dunia teknologi ada yang disebut dengan time management (manejment waktu).

“Itu sangat mempengaruhi saya. Misalnya, ketika kita mau berangkat jam 7.00 (pagi), lalu ditarik ke belakang: jam berapa harus mandi, sarapat, siap-siap, dll. Kemudian jam berapa harus bangun. Itu yang saya pakai dalam kehidupan sehari-hari yang susah dipakai oleh teman-teman di komunitas sastra,” tandasnya.

Pewarta/Editor: Achmad S.

Related Posts