Memaknai Qurban dan Nasionalisme

Ibadah Qurban (Ilustrasi). Foto: GreatDaily

Ibadah Qurban (Ilustrasi). Foto: GreatDaily

NUSANTARANEWS.CO – Ibadah berqurban di banyak nash memiliki faedah yang luar biasa. Berqurban memiliki dimensi spiritual sekaligus dunia, ibadah ini memiliki manfaat dunia-akhirat. Berqurban merupakan sarana menuju ketaqwaan kepada Allah AWJ pencipta semesta alam (Q.S. 22:37).

Makanya selain shalat kitapun diperintahkan berqurban (Q.S. 108:2). Bila kita kembali ke belakang berqurban merupakan ujian ketaqwaan Ibrahim dari Rabb Allah Azza Wa Jalla. Ibrahim diuji antara sesuatu yang sangat dicintai dengan pencipta rasa cinta itu sendiri.

Sebagaimana Allah Azza Wa Jalla mengabarkan kepada manusia bahwa Anak, Istri, dan harta benda adalah kesenangan dunia (Q.S. 3:14). Ibrahim diuji apakah beliau akan memilih kesenangan dunia atau memilih perintah Allah Azza Wa Jalla. Ibrahim ‘alaihis salam lulus atas ujian tersebut dengan predikat taqwa.

Peristiwa Ibrahim ‘alaihis salam dan anaknya Ismail memberi pelajaran penting bagi kita semua. Mereka mampu menyingkirkan kepentingan pribadi demi kepentingan yang lebih hakiki. Sesuatu yang sulit kita dapati diera egoisme saat ini, dimana kepentingan personal dan kelompok diatas kepentingan umat.

Pejabat takut miskin hingga harus korupsi, penguasa enggan berbuat adil karena mengganggu kepentingan kelompoknya. Ujian yang sejatinya tak begitu berat namun sering menggagalkan kita menjadi manusia bertaqwa. Padahal jabatan dan kekuasaan merupakan amanah yang akan diminta pertanggung jawabannya kelak.

Jabatan dan kekuasaan yang diberikan merupakan peluang melakukan kerja-kerja keumatan. Jabatan dan kekuasaan memberi peluang manusia berbuat baik pada sesama, melakukan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar (Q.S. 9:71) dan itulah yang membedakan antara yang beriman dan munafik.

Ukhuwah Islamiyah diantara kita nantinya akan mampu membentuk nasionalisme. Sebuah cita-cita founding fathers yang memerdekakan negeri ini dari penjajah. Menumbuhkan semangat nasionalisme dapat dimulai dengan semangat berqurban. Orang-orang yang berqurban bersama fakir dan miskin serta masyarakat sekitar sama-sama menikmati hewan qurban.

Melalui semangat berqurban kita akan mampu mengikis sikap hedonis didalam diri. Muncul kemudian sikap saling berbagi dengan semangat, melenyapkan cinta akan dunia dan mengembalikan cinta pada sesama. Nasionalisme yang benar harus dimulai dengan sikap itu bukan sikap cinta parpol dan kesukuan serta diri sendiri.

Kita rela berqurban waktu, tenaga dan pikiran untuk negeri ini. Kita bahkan rela berqurban jabatan dan harta agar anak negeri tidak dijajah bangsa Asing. Kita rela tak populer, dicaci bahkan dimaki asalkan tidak menjadi manusia munafik. Manusia yang ikhlas dan sabar dalam menghadapi ujian sebagaimana ikhlas dan sabarnya Ibrahim ‘alaihis salam serta Ismail ‘alaihis salam.

Qurban memang mengajarkan kita menjadi pribadi yang demikian, ikhlas dan sabar. Bayangkan saja Ibrahim ‘alaihis salam harus ikhlas atas perintah penyembelihan anak yang dicintai, dan Ismail ‘alaihis salam pun demikian. Mereka sabar atas perintah Allah Azza Wa Jalla tanpa mencoba makar.

Teladan itu mengisyaratkan kepada kita untuk berani menyembelih apa yang selama ini kita cintai berupa harta dan jabatan. Semoga kita menjadi hambaNya yang bertaqwa dan selalu dalam ketaqwaan. Tidak mencuri lagi dari rakyat, tidak lagi berbohong pada rakyat apalagi menjual negerinya sendiri dengan kepentingan diri dan kelompoknya.

Penulis: Don Zakiyamani, Ketua Umu Jaringan Intelektual Muda Islam (JIMI)

Exit mobile version