KhazanahLintas Nusa

Memahami dan Memaknai Tumpeng Kabuli Isra’ Mikraj

Oleh: Cokro Wibowo

Lantunan tembang ‘Turi-Turi Putih’ diiringi tetabuhan rebana dari jamaah terbangan mengawali sebuah prosesi sederhana ala dusun. Peringatan Isra’ Mikraj kali ini berbarengan dengan tasyakuran warga atas selesainya pembangunan Musholla Al Ikhlas, langgar kecil di tepi kali yang bersebelahan dengan sebuah sekolah PAUD.

Pembangunan Musholla yang dilakukan secara gotong-royong tersebut memakan waktu sekitar 10 bulan lamanya. Dibangun oleh kebersamaan tetes keringat warga agar anak-anak kecil dapat mengaji kembali. Dibangun secara bertahap, pelan namun pasti oleh gabungan semangat warga yang saling bersinergi.

Setelah sambutan dari Panitia, Takmir, Kepala Desa dan tokoh masyarakat, ada siraman rohani berupa mauidhoh hasanah dari Pak Kyai kampung setempat. Dilanjutkan dengan sebuah prosesi sakral doa bersama. Doa campuran bahasa Arab dan Jawa Kuno mengalun merdu, mengikrarkan sebuah acara hajatan bersama sebagai perwujudan rasa syukur terhadap nikmat dan karunia-Nya. Doa untuk almarhum Simbah pemberi tanah Wakaf Musholla dan punden desa cikal bakal bedhah krawang dusun tak lupa disebut.

Baca Juga:  Jokowi Tunjuk Adhi Karyono Pj Gubernur Jatim, Gus Fawait: Birokrat Cerdas Dan Berpengalaman

Di tengah-tengah Musholla ada sebuah tampah berisi nasi tumpeng dengan aneka lauk pauknya. Warga menyebutnya dengan nama tumpeng kabuli. Seperti kita ketahui bersama bahwa tumpeng adalah sebuah makanan khas Jawa yang digunakan sebagai acara ritual, tasyakuran, selamatan, barikan, kenduren ataupun acara adat lainnya.

Kita mengenal berbagai macam tumpeng seperti tumpeng rasul, tumpeng robyong, tumpeng kendit, tumpeng songo, tumpeng brokohan, tumpeng golong dan lain-lain. Sedangkan istilah kabuli berasal dari nasi kebuli, masakan khas Arab yang digemari umat Islam.

Adanya tumpeng kabuli mengindikasikan telah meleburnya tradisi Arab dalam nuansa Jawa. Senafas dengan ungkapan ‘Jowo digowo, Arab digarap‘. Menyatunya dua masakan khas Arab dan Jawa dalam tumpeng kabuli tersebut menandakan ramahnya wajah dunia Islam di Indonesia. Menyiratkan sebuah perpaduan budaya luar biasa yang masih tegak lestari hingga saat ini.

Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan kedamaian bagi umatnya. Semoga energi spiritual Isra’ Mikraj Kanjeng Nabi Agung Muhammad SAW senantiasa terpancar dalam lubuk hati terdalam para pencari jalan laku kasampurnan.

Demi waktu, selamat menangkap sasmita alam di malam pilihan Anggara Kasih Selasa Kliwon.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Terima Kunjungan Tim Ekonomi di Perbatasan Sabah

Salam olah rasa !
Glugu Tinatar, Landungsari-Malang

Penulis adalah seorang Aktivis.

Related Posts