Opini

Memahami Arti Reformasi Bagi Bangsa Indonesia Dalam Arus Gelombang Globalisasi Ketiga

Memahami Arti Reformasi Bagi Bangsa Indonesia Dalam Arus Gelombang Globalisasi Ketiga

NUSANTARANEWS.CO – Reformasi pada dasarnya adalah sebuah peristiwa masuknya Indonesia dalam gelombang globalisasi ketiga. Dengan pemahaman bahwa Reformasi pada dasarnya adalah masuknya Indonesia ke dalam gelombang globalisasi ketiga, maka pemahaman ini seharusnya menjadi pondasi guna membangun sebuah sikap, keputusan dan tindakan dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini.

Pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme yang tumbuh subur di era reformasi – akan menjadi salah satu variabel penentu gagal atau tidaknya bangsa Indonesia mengarungi gelombang globalisasi ketiga.

Variabel lain dari gelombang globalisasi ketiga adalah semakin meluasnya perdagangan global yang ditandai dengan maraknya tumbuh Free Trade Area (FTA), baik berupa perjanjian dagang bilateral maupun regional. Di mana efisiensi menjadi kata kunci dalam mengarungi kompetisi global yang lebih terbuka – terutama dalam dunia industri, termasuk distribusinya. Siapa yang lebih efisien dan memenuhi standar serta lebih murah tentu akan menang dipasar global.

Tren tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah FTA pada 2002 yang hanya 69 perjanjian, kini meningkat pesat menjadi 221 perjanjian –  naik sebanyak 152 perjanjian. Peningkatan jumlah FTA ini dianggap sebagai opsi terbaik kedua dalam perdagangan global setelah perjanjian multilateral yang sulit diimplementasikan. FTA dianggap lebih mudah dijalankan guna memperluas perdagangan dan memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain

Baca Juga:  Penghasut Perang Jerman Menuntut Senjata Nuklir

Indonesia sendiri sudah terikat dengan sejumlah FTA. Antara lain FTA Indonesia-Jepang, FTA khusus ASEAN, FTA ASEAN-CHINA, ASEAN-Australia dan New Zealand, ASEAN-India, ASEAN Jepang, ASEAN-Korea. Sedang dalam proses finishing FTA Indonesia-Uni Eropa, FTA Indonesia-Amerika, dan FTA Indonesia-India.

Baca: Sektor Pertanian Sudah Menjadi Bagian Strategis dari Pertahanan dan Keamanan Nasional

Terpaan gelombang globalisasi ini harus menjadi fokus dalam memperjuangkan kepentingan nasional sebagaimana perintah pembukaan UUD 1945 – jangan sampai segala kelebihan yang dimiliki bangsa Indonesia justru dimanfaatkan oleh kepentingan negara lain – termasuk masalah perdagangan dan tarif.

Sementara perubahan tatanan global juga ditandai dengan runtuhnya hegemoni Amerika Serikat (AS) yang telah berlangsung sejak berakhirnya Perang Dunia II – secara langsung telah mengguncang stabilitas global, baik politik maupun ekonomi.

AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump tampaknya akan lebih memproteksi diri terhadap arus gelombang globalisasi ketiga yang tengah melanda dunia. Sikap proteksionisme Trump tampaknya hanya akan mempercepat kehancuran tatanan neolib yang sudah diujung tanduk. Bila kemudian tatanan tersebut hancur maka tentu berdampak domino terhadap pranata sosial-ekonomi-politik lainnya. Dengan kata lain, Trump tampaknya telah mempercepat runtuhnya tatanan neolib Pax Americana.

Sehingga dunia kini bersiap-siap membentuk sebuah tatanan dunia baru dengan seperangkat aktor yang mampu mengatur agenda global dan mengorganisir kerjasama multilateral yang lebih adil sebagaimana kesepakatan SDGs (Sustainable Development  Goals). Salah satu tujuan agenda utamanya adalah mengentaskan kemiskinan dunia pada 2030. (as)

Related Posts

1 of 3,050