MancanegaraOpini

Melindungi Teroris di Idlib Bukanlah Pilihan Akal Sehat

Melindungi Teroris di Idlib Bukanlah Pilihan Akal Sehat
Melindungi teroris di Idlib bukanlah pilihan akal sehat/Foto: Bedir Haber

NUSANTARANEWS.CO – Melindungi teroris di Idlib bukanlah pilihan akal sehat. Hayat Tahrir al-Sham alias Al-Qaeda adalah organisasi teroris terkuat bentukan Amerika Serikat (AS) yang terus menjalankan misi utamanya yakni menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang terpilih secara demokratis.

Namun berkat ikut campurnya Rusia dan Iran dalam medan perang di Suriah, Al-Qaeda gagal menjalankan misinya meski telah mendapat bantuan penuh dari AS, NATO, dan sekutu Timur Tengahnya, termasuk Turki.

Hingga akhirnya, para teroris dan pemberontak misterius terkonsentrasi di markas utamanya di Idlib setelah mengalami kekalahan terus-menerus di berbagai medan pertempuran oleh gempuran pasukan koalisi Suriah, Rusia, Iran dan Hizbullah.

Idlib adalah benteng utama teroris Al-Qaeda, pusat dari seluruh jaringan kelompok-kelompok teroris dalam sebuah “holding teroris” yang diakui dan dilindungi oleh PBB dan komunitas internasional?

AS dan sekutunya serta Turki telah bergabung di Idlib sebelum dicapai gencatan senjata Rusia-Turki – yang menghentikan serangan pembersihan teroris oleh pasukan pemerintah Suriah di Idlib.

Baca Juga:  Perang Yaman: Parade Militer Yaman Saat Peringati Hari Revolusi 21 September

Dalam situasi “gencatan senjata” tersebut, AS dan PBB telah memainkan peran media untuk memojokkan Rusia dan Iran, termasuk pemerintah Suriah.

Korporasi media mainstream barat mulai menulis bahwa Suriah, Rusia dan Iran telah membunuh warga sipil. Aksi brutal serangan mereka dapat menimbulkan bencana kemanusiaan.

Kementerian Pertahanan Turki bahkan menyebut ratusan ribu pengungsi di perbatasan kami kemungkinan akan bermigrasi ke Eropa sebagai akibat kekejaman Presiden Assad dan para pendukungnya yang brutal. “Di Idlib, ratusan ribu orang tak bersalah menderita dan menjadi sasaran penganiayaan di bawah penindasan dan serangan pasukan pemerintah Suriah.”

Siapa sesungguhnya yang teroris? Sudah jelas di Idlib kini banyak berkumpul kelompok-kelompok teroris yang berafilisasi dengan Al-Qaeda yang terdaftar resmi dalam list Deplu AS. Semua kelompok itu jelas adalah ancaman nyata terhadap ratusan ribu bahkan jutaan warga sipil tak berdosa yang hanya berusaha bertahan hidup di Idlib.

Jadi sungguh tak bermoral menempatkan jutaan warga sipil tak berdosa Suriah demi melindungi para teroris yang kini dalam retorika media global seakan menjadi korban kekejaman pemerintah Suriah. Sama halnya dengan stasus PKI di Indonesia yang jelas-jelas mereka adalah pembunuh dan teroris, kini setelah reformasi seakan-akan mereka menjadi korban kekejaman pemerintah.

Baca Juga:  Iran Terima Jet Latih Canggih Yak-130 Buatan Rusia

Lebih aneh lagi adalah dunia internasional seakan-akan buta membiarkan agresi militer Turki berkali-kali ke Suriah. Bahkan agresi militer Turki terbaru dilakukan terang-terangan untuk melindungi jaringan teroris Al-Qaeda di Idlib, yang juga didukung oleh AS “Panglima perang global melawan terorisme” di abad 21.

Untuk membela diri, James Jeffrey, perwakilan khusus AS di Suriah dan utusan khusus koalisi pimpinan AS melawan ISIS beretorika bahwa kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham (alias Jabhat al-Nusra alias Al-Qaeda) belum “merencanakan atau melakukan serangan terorisme internasional.” (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,051