HankamMancanegaraOpini

Melihat Kemungkinan Produksi Typhoon Made in Indonesia

Melihat kemungkinan produksi Typhoon made in Indonesia.
Melihat kemungkinan produksi Typhoon made in Indonesia/Foto: Eurofighter.Com

NUSANTARANEWS.CO, Wina – Melihat kemungkinan produksi Typhoon made in Indonesia. Austria sudah pasti menyingkirkan jet-jet tempur canggih Eurofighter Typhoon miliknya apapun hasil kesepakatannya dengan Indonesia. Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner sekali lagi menegaskan rencana penghentian Typhoon dan menggaris bawahi bahwa penjualan jet tempur itu ke Indonesia akan menjadi proses yang rumit dan kompleks.

Terutama terkait dengan keputusan akhir penjualan jet tempur tersebut yang tidak hanya membutuhkan konsensus politik di Austria, tetapi juga harus melibatkan empat negara mitra Eurofighter: Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris. Serta masih ada Amerika Serikat (AS) yang juga memiliki komponen utama peralatan di jet, termasuk GPS Typhoon.

Menurut Tanner kemungkinan ada dua opsi yang bisa dijalankan. Skenario pertama, empat negara induk akan menyetujui Airbus memberikan sertifikat pengguna akhir baru yang memungkinkan Austria menjual pesawat langsung ke Jakarta (dengan persetujuan AS). Opsi kedua akan melibatkan Airbus yang membeli kembali jet dari Austria dan kemudian menjualnya ke Indonesia.

Baca Juga:  UKW Gate Tak Tersentuh Media Nasional

Typhoon Austria masih memiliki sekitar dua pertiga lebih dari masa kerja mereka yang tersisa, atau masih 20 tahun lebih masa dinasnya. Menariknya, jadwal pengiriman dari Austria tidak akan memakan waktu lama – bila semua pihak telah sepakat – pada musim semi 2022, 15 jet tempur Typhoon akan terbang ke rumah barunya di Indonesia, bahkan bisa lebih cepat.

Indonesia dapat meniru Spanyol yang meretrofit 70 Typhoon-nya. Bahkan lebih jauh lagi bila perlu meningkatkan kerjasama strategis dengan Spanyol untuk meningkatkan performa tinggi Typhoon Tranche 1 ke dengan standar Tranche 2 dan 3 – sebagaimana kerjasama CASA Spanyol dengan PT Dirgantara Indonesia dalam pembuatan pesawat angkut CN-235 sebagai wujud implementasi UU No. 16/2012.

Paling tidak, program “Falcon Star-eMLU” merupakan bukti nyata dari kemampuan para Spesialis Teknik 042 Lanud Iswahjudi mengupgrade jet tempur F-16 A/B Blok 15 milik TNI AU dengan anggaran sekitar US$ 10 sampai 12 juta per pesawat menjadi tidak kalah gahar dengan F-16 Viper.

Baca Juga:  Dewan Kehormatan yang Nir Kehormatan

Yang jelas penambahan satu skuadron Typhoon dalam TNI AU pada pertengahan tahun 2022 mendatang tentu sangat diperlukan untuk melengkapi kebutuhan kekuatan jet tempur multirole dalam mengawal kedaulatan nasional di tengah situasi global yang tidak menentu saat ini.

Dan akan menjadi lebih menarik lagi bila terbentuk kerjasama program “IFX-Eurofighter” di Indonesia. Menyusul Brazil yang mulai memproduksi Gripen made in Brazil dan India dengan Rafale made in India. Bagaimana kemungkinan dengan Tyhpoon made in Indonesia? Kita tunggu saja. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049