Budaya / Seni

Melanjutkan Gerakan Mengantarkan Anak Sekolah

antar anak sekolah, anak sekolah, masuk sekolah, anak masuk sekolah, mpls, program anies, jemput anak sekolah, kasus penculikan anak, peran orang tua, nusantaranews
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengantarkan anaknya ke sekolah. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO – Tahun ajaran 2018-2019 di sekolah telah dimulai. Pekan ini, menjadi minggu pertama anak-anak dan pelajar menginjakkan kaki dan belajar di sekolah dan melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Anak-anak di desa tentu sudah terbiasa diantarkan. Namun bagi yang hidup di perkotaan tentu berbeda. Apalagi, orang tua di kota hampir semuanya bekerja dan waktu mengantarkan anak ke sekolah sangat terbatas.

Mengantarkan anak hakikatnya sangat berharga, baik bagi anak maupun orang tua itu sendiri. Fasilitas sekolah yang menyediakan mobil antar-jemput dan ojek online menjadikan orang tua malas mengantarkan anak. Padahal risiko dan potensi keburukan di luar rumah dan sekolah rentan terjadi pada buah hati kita.

Komnas Perlindungan Anak merillis data, pada 2015 ada 87 kasus penculikan anak. Pada 2016 melonjak 112 kasus dan di 2017 naik 196 kasus. Selain faktor keamanan, mengantar anak ke sekolah sangat produktif dalam mendukung perkembangan kecerdasan mereka.

Secara psikologis, anak-anak yang rutin diantar orang tuanya dan yang tak pernah tentu berbeda. Mereka merasa didukung, dan perhatian anak selalu terbayang ketika mereka belajar di sekolah. Sedangkan yang tak pernah diantara, mereka tak didukung, bahkan mereka merasa tak punya orang tua, dan iri kepada teman-temannya. Apakah kita mau anak-anak kita seperti itu? Tentu tidak.

Melanjutkan Program Anies

Program mengantarkan anak di hari pertama sekolah sudah diregulasikan sejak dua tahun lalu. Lewat Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Hari Pertama Sekolah, Mendikbud Anies Baswedan kala itu mewajibkan orang tua mengantarkan anak di hari pertama.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Pemprov DKI kini juga membuat Gerakan Antar Anak di hari pertama sekolah. Gerakan ini tertuang dalam surat Seruan Gubernur DKI Nomor 9 tahun 2018 tentang Hari Pertama Sekolah. Surat itu ditandatangani Gubernur DKI, Anies Baswedan pada 10 Juli 2018.

Surat Edaran yang ditujukan pada seluruh kepala sekolah, orang tua siswa baru itu mewajibkan mereka mengantar anak pada hari pertama sekolah di tahun ajaran baru. Ada tiga hal ditekankan dalam momentum hari masuk sekolah. Pertama, kepala sekolah dan guru diharapkan menyambut siswa baru dan orangtua pengantar. Kepala sekolah dan guru berinteraksi dengan siswa baru dan orangtua murid yang mengantar.

Kedua, sinergi tiga komponen penting pendidikan dalam menyambut hari pertama sekolah. Ketiga komponen itu yaitu membangun karakter, meningkat komptensi serta mengembangkan literasi. Ketiga, jangan ada bullying.

Program Pak Anies ini harusnya dikuatkan semua pemangku kepentingan. Tak hanya secara regulatif, mengantarkan anak sangat berdampak positif bagi pendidikan anak. Pertama, anak merasa didukung, disayang, dan kehadiran orang tua di sekolah menjadi kesan seumur hidup bagi mereka. Jika orang tua senang dan siap hadir dalam pembagian raport/wisuda kelulusan anak, harusnya mereka juga senang untuk mengantarkan anak di hari pertama sekolah.

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Kedua, mengantarkan anak menjadi wujud kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak. Selama ini, orang tua hanya sekadar memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, saja. Sangat sedikit yang serius dan peduli pada pendidikan anak. Gerakan mengantarkan ini menjadi langkah awal bahkan mengharuskan gerakan kontinu tiap hari untuk mengantar anak.

Ketiga, menjaga keselamatan anak. Meski sekadar mengantar, orang tua turut peduli keselamatan anaknya di luar rumah. Bertukar nomor telepon atau kontak lain antara pihak sekolah dan orang tua sangat membantu komunikasi dalam menjalin komitmen bersama untuk pendidikan yang lebih positif dan menyenangkan. Jika perlu, tiap kelas ada forum virtual lewat grup WhatsApp dan lainnya sebagai wujud sinergitas.

Keempat, tak hanya mengantar, orang tua harusnya juga menjemput anak ketika waktu sudah usai. Kelengahan pihak sekolah dan orang tua justru saat anak-anak pulang. Tak sedikit dari mereka yang tak langsung pulang, melainkan mampir jajan seenaknya, main game, dan rentan penculikan anak.

Kemitraan Tri Sentra Pendidikan

Kesuksesan pendidikan anak tak hanya dilimpahkan ke sekolah. Artinya, keluarga justru menjadi “madrasah pertama” bagi anak. Gagasan Ki Hadjar Dewantara (1889-1959) tentang Tri Sentra Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat) harus dikuatkan. Artinya, sehebat-hebatnya guru dan sekolah, keluarga tetap menjadi sekolah pertama bagi anak.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Dalam Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan, keluarga dan masyarakat diwajibkan berperan menyukseskan pendidikan anak. Keluarga dan masyarakat tak boleh hanya memenuhi kebutuhan ekonomi, namun juga harus produktif mendukung kebutuhan edukasi. Semua harus seimbang agar anak selain cerdas intelektual juga cerdas spiritual dan emosial yang memandang hidup tak hanya masalah materiil.

Peran masyarakat dalam menyukseskan pendidikan anak juga tertuang dalam Permendikbud Nomor 75 tahun 2016 tentang Komite Sekolah. Masyarakat harus aktif lewat berbagai lembaga atau kegiatan untuk menyukseskan pendidikan anak. Salah satunya dengan turut mengantarkan anak di hari pertama sekolah.

Meski keluarga menjadi sekolah pertama, namun fakta di lapangan tak demikian. Anak-anak butuh sekolah agar mengenal dunia luar, berteman, bersosial, dan mampu menyapa dunia secara luas. Sukses dan tidaknya pendidikan anak, tak bisa hanya dilimpahkan di keluarga saja atau sekolah saja. Kesuksesan pendidikan anak adalah sinergi dari ketiga elemen itu.

Mengantarkan dan menjemput anak ke sekolah, terutama usia SD/MI-SMP/MTs baiknya memang tiap hari. Akan tetapi bagi yang sibuk bekerja, mengantarkan anak di hari pertama adalah serendah-rendahnya kepedulian. Apakah Anda demikian?

Penulis: Hamidulloh Ibda, Dosen dan Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAINU Temanggung

Related Posts

1 of 3,050