Puisi Abd Al Haris Al Muhasibiyf
MAULID DAN KERINDUAN,
Merumat Tradisi di Pedesaan
Teringat lagi.
Budaya dan tradisi.
Memperingati maulid Nabi.
Datang semua ke masjid di pagi hari.
Membaca burdah dipimpin kiyai Zayadi.
Membawa segala buah hasil dari bumi.
Bergembira dengan segala senang hati.
Kini usai sudah.
Tidak kulihat lagi dan kurasa.
Tradisi dan budaya sebuah pesta.
Dengan rasa jiwa penuh nilai agama.
Teladan para kiyai lakukan sebuah dakwah.
Dengan cara dan metoda akulturasi budaya.
Bisa diterima dan bahkan menjadi indah.
Sungguh aku rindu.
Kapan lakukan seperti dulu.
Dengan rasa kejiwaan yang penuh.
Dengan sanak keluarga bisa bertemu.
Ah,
Entahlah,
Aku masih tersisa.
Pecahan-pecahan rasa.
Berkeping dalam rongga dada.
Bergelora rindu pada tradisi desa.
Sudah seperti telah tunaikan agama.
Sungguh tak rasakan lagi.
Keindahan yang pernah bersemi.
Dalam jiwa dan dalam hati sanubari.
Hidup hanya berkubang dengan teknologi.
Terus dengarkan musik tanpa nilai religi.
Dengan saluran cokak dan selalu kompetisi.
Tidak pernah sedikit pun membawa efek damai.
Aku rindu.
Tradisi desaku.
Malang, 1 Des 2017