Budaya / SeniPuisi

Mata Puisi dan Perempuan dengan Meja Makan

Perempuan yang Menangis Sebelum Ombak. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Perempuan yang Menangis Sebelum Ombak. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

Arif Tunjung Pradana

Kepada Seorang Perempuan

Ia berhenti sejenak, mengambil nafas panjang dan khawatir.
Tiba-tiba ia membayangkan dirinya seekor merpati yang masih liar,
terpaksa ditaruh ke dalam sangkar bersama burung lainnya.

Mata Puisi

Mata puisi tidak pernah memberi jalan berliku yang terjal namun ramai, ia selalu memberikan jalan lurus dan kosong yang kemudian kau tambahkan pepohonan, sungai, taman, dan awan di sepanjang jalan, agar tidak bosan katamu atau kata siapa pun yang tak kau kenal dan tak ku kenal. Di luar kita berdua.

Ada awan yang sangat teratur mengunjungi pepohonan, sungai, taman yang ujudnya tak pernah kasat, yang seolah-olah di luar waktu yang sudah diatur oleh garis pemisah. Semakin tak jelas maknanya. Semakin tak jelas jawabannya.

Bunyi petir menunggu waktu untuk menghapusnya. Menjadikan abadi. Sama seperti langkah-langkah bangau yang setiap sorenya mengunjungi sawah, kau lipat dengan mata berkaca-kaca mengurutkan garis kertas.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Napas hujan selalu menatap gerimis mewakili dua awan putih yang berjalan beriringan tanpa percakapan, tanpa tegur sapa, tanpa saling memandang. Hanya berjalan beriringan. Berdua saja.
Selayaknya.

Perempuan dengan Meja Makan

Waktu yang kau sajikan rapi di atas meja makan dengan piring kaca, kain perca dan pisau lipat menyusur permukaan arloji yang menua sempurna. Ia sering tergelincir jatuh dalam bayang-bayang hujan di permukaan kolam.

Seandainya permukaan kolam dapat menerima dengan ikhlas jatuhnya hujan kepadanya.

*Arif Tunjung Pradana, lahir pada 16 Juli 1997 dan besar di tanah kelahirannya Wonogiri, Jawa Tengah. Mengenyam pendidikan di Universitas Sebelas Maret.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,244