HankamHukum

Markas Pasukan Elit Kepolisian Kebobolan Jadi Tamparan Keras Buat Brimob, Densus 88 dan Polri

Senjata-senjata yang Digunakan Tahanan Teroris di Mako Brimob
Senjata-senjata yang Digunakan Tahanan Teroris di Mako Brimob

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kasus kekacauan di Rutan Brimob yang menyebabkan lima polisi tewas adalah tamparan keras buat Brimob, Densus 88 dan Polri. Sebab peristiwa tragis ini terjadi di markas pasukan elit kepolisian. Polisi akhirnya menghentikan operasi di Rutan Mako Brimob pada Kamis (10/5/2018) pukul 07.15 yang sudah dilakukan sejak Selasa (8/5).

Kasus ini menjadi insiden yang sangat melalukan bagi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Sebab, di waktu bersamaan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian tengah presentasi soal penegakkan hukum dalam memberantas terorisme di Indonesia di hadapan para komandan satuan pasukan khusus dan para menteri kepolisian ke-53 negara yang hadir dalam acara SOFEX (Special Operation Force Exhibition and Conference) di Amman, Jordan.

Kedua, Markas Komando Brimob berhasil dibobol kelompok teroris dan unit elit kepolisian Indonesia ini nyatanya kebobolan. Karenanya IPW menilai insiden ini menjadi tamparan keras untuk Brimob, Densus 88 dan Polri. Boleh jadi, ini insiden kali pertama di dunia, sebuah markas komando dikuasai kelompok teroris.

Baca Juga:  Pengacara Sunandar Yuwono Ambil Alih Perkara Tunggakan Pengembang Tenjo City Metropolis 

“Ind Police Watch menyayangkan, kenapa Polri begitu lamban dalam mengungkapkan secara transparan kerusuhan di Rutan Brimob, terutama tentang tewasnya lima polisi,” kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane dikutip dari keterangan tertulisnya, Jakarta, Kamis (10/5/2018).

Nahasnya, lima anggota polisi dilaporkan tewas. Kata Neta, kelimanya sudah tewas sejak pukul 01.00 dinihari tapi baru diumumkan pada pukul 16.00 dan sebelumnya kepolisian selalu mengatakan tidak ada korban tewas dalam kekacauan itu. Sikap polisi yang tidak transpan ini sangat aneh,” ujarnya.

Sampai Rabu sore polisi selalu mengatakan situasi sudah terkendali. Tapi faktanya Rutan Brimob masih dikuasai tahanan teroris dan masih ada polisi yang disandera. Selain itu, 165 tahanan teroris masih menguasai sekitar 30 senpi yang sebagian besar laras panjang dan 300 amunisi.

“Sangat ironis tentunya, di saat Kapolri sedang berada di Jordania membuka pameran dan bicara tentang keberhasilan Indonesia tentang memberantas terorisme justru Rutan Brimob tempat teroris ditahan, dikacaukan dan para teroris berhasil membunuh lima polisi,” jelas Neta.

Baca Juga:  PERATIN Sukses Angkat Advokat Baru Angkatan Ke 2

Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI Syaiful Bahri Anshori mengaku prihatin atas meninggalnya para korban kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob Kelapa Dua Depok.

Dia meminta kepada penegak hukum untuk memperhatikan terkait dengan pemahaman terorisme yang sudah melekat dalam otak susah untuk dibersihkan. “Bahwa yang namanya teroris itu secara idiolagi susah diberantas,” katanya, Jakarta, Kamis (10/5).

Menurutnya, perlu adanya penanganan khusus bagi terpidana teroris yang sedang berada Lapas. “Saya mengusulkan agar bagi terpidana teroris ini harus ditempatkan di Lapas yang khusus dan jangan dicampur dengan para pidana biasa, dan kalu perlu di Lapas yang bisa menimbulkan efek jera,” kata Syaiful.

Politisi PKB itu melanjutkan kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob kelapa dua harus menjadi evaluasi bagi pemerintah dan kepolisian. “Mudah-mudahan peristiwa ini merupakan peristiwa atau kejadian yang pertama dan terakhir-terakhir. Peristiwa ini harus menjadi evaluasi bagi pemerintah dan kepolisian terkait dengan kondisi lapas kita, baik kelayakan maupun keamanan,” ucapnya. (red/uck/sl/rm)

Baca Juga:  Tentang Kerancuan Produk Hukum Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,160