MancanegaraTerbaru

Marah Disanksi AS, Iran Klaim Miliki Father of All Bombs

NUSANTARANEWS.CO, Teheran – Iran klaim memiliki senjata lebih besar dari senjata peledak non-nuklir (Mother of All Boms) terbesar Amerika Serikat. Iran menyebut mereka telah memiliki Father of All Bombs.

Donald Trump mengirim kejutan ke seluruh dunia setelah AS menggunakan bom Bolwer Udara Roda Besar (Massive Ordnance Air Blast Bomb) seberat 9,8 ton yang dikenal sebagao MOAB (Mother of Alla Boms) awal tahun ini.

MOAB disebut-sebut sebuah perangkat bom dua kali ukuran nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima yang disediakan untuk melenyapkan 36 jihadis ISIS yang bersembunyi di sebuah bunker bawah tanah.

Namun, kehebatan senjata AS itu tak lantas membuat Iran gentar. Musuh bebuyutan AS ini mengklaim mereka memiliki bom yang lebih besar lagi, sebuah helikopter seberat 10 ton yang disebut Iran dengan istilah bapak semua bom (father of all boms).

Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Angkatan Udara Aerospace dari Korps Garda Republik Islam (IRGC), mengatakan industri pertahanan Iran telah memproduksi sebuah bom seberat 10 ton.

Baca Juga:  Aliansi Pro Demokrasi Ponorogo Tolak Hak Angket Pemilu 2024

“Bom-bom ini sudah ada tersedia pada kami. Bisa diluncurkan dari pesawat Ilyushin dan sangat merusak,” katanya.

Tak hanya Iran, Presiden Rusia Vladimir Putin juga pernah mengklaim memiliki Father of All Boms, bahkan empat kali lebih kuat dari MOAB. Kendati beratnya hanya 7,8 ton, lebih ringan dari bom yang dimiliki AS, tapi bisa menciptakan ledakan setinggi 44 ton TNT. Bahkan efek ledakan diklaim jauh lebih besar dari ledakan yang dihasilkan 11 ton MOAB.

Seperti diketahui, Iran dan Rusia sangat aktif menjalin kesepakatan pembelian alutsista. Bulan lalu, Teheran telah membeli sistem pertahanan udara S-300 dari Rusia.

Namun, untuk urusan bom Iran mengaku tidak membelinya dari Rusia melainkan hasil pengembangan sendiri. Dan lebih berat dari bom yang dimiliki Rusia dan AS.

Sejak pemilihannya, Trump telah mengisyaratkan bahwa dia mungkin akan menghapus sebuah kesepakatan yang dibuat Barrack Obama, untuk mengakhiri program nuklir Iran.

Pemerintahan Trump telah menuduh Iran melanggar kesepakatan karena melakukan uji coba rudal dan peluncuran roket. Hubungan Iran-Rusia dengan AS memang sudah semakin memanas menyusul kedua negara mendukung Presiden Suriah Bashar Al-Assad. (ed)

Baca Juga:  Mendesak Sekali, Siadi: Malang Raya Butuh Trans Jatim

(Editor: Eriec Dieda)

Related Posts

1 of 74