Mapak Menyeberangi Senja
/1/
seseorang menoleh
ke wajah mapak.
hati-hati di jalan
mapak tertegun
petuah itu kerapkali
mengerumuni telinganya
aku sudah siap menjalankan
jalan yang disediakan
di dekat hitam batu
mapak susun kalimat
sumpah kelima
membiarkan lidah, kaki, tangan
dan hati menjadi saksi
pada apa yang terjadi
mapak sadar ia tak hendak
menyelinap dalam hati
yang sedang dimiliki orang asing
meski ia, suatu hari percaya
hati seseorang itu
bakal menjadi miliknya
tapi keyakinan seperti cahaya
dijatuhkan dan ditenggelamkan.
mapak menahan pandangan
membayangkan rambutnya jatuh,
kukunya patah, hatinya luruh
ia mulai menyeberangi senja
dengan kenangan yang berjalan-jalan
/2/
mapak memohon pada dirinya
supaya langit menghempaskan
cinta ke muka bumi
dalam bentuk gelombang-gelombang
tapi barangkali langit enggan
mewahyukan cinta di dada mapak
sebab ia sungguh lancang
membiarkan cinta mendingin
/3/
bukan hujan melainkan cinta, tuhan
mapak kembali mengeluh
setiap kali bertemu
seseorang dengan hati keruh
sambil berjalan
mapak tundukkan pandangan
dengan tatapan yang dipalingkan
agar kau tahu sempurna tubuhku,
tidakkah tuan memintaku bercerita
perihal seseorang di depan
yang bergandeng tangan
menuju kemapanan?
mapak merasa lengah dan kalah
sebab cinta ternyata tak membumi
melainkan menempel di kulit mimpi
/4/
pada garis aspal
mapak bercermin
ia rapikan rambut
menggulung wajah seoseorang
di kedua matanya
di segumpal ingatan dan perasaan
ingin yang dingin
cinta tak berasal dari muka bumi
melainkan dari langit
maka langit berencana lain
hati mapak dipanaskan
menumbuhkan bunga api
di akar cinta yang sepi
/5/
mapak merasakan detak jantungnya,
ujung hidungnya, telinganya, akar kukunya
segalanya disusun dari langit
apakah bumi selalu disesaki
keinginan untuk melupakan?
gelembung pertanyaan
mendidih di kepala mapak
yang ragu-ragu sesampainya
di tengah senja.
ia lihat pohon tua
usia tanah dan umur rambut
segalanya uzur pada dirinya
/6/
penyeberangan tertunda
mapak menyaksikan senja terbenam
menuju ke arah cinta yang menghilang
di sebelah barat
kaktus tumbuh menjulang
menghalangi senja
tapi mapak menatap cahaya tembus
ke dada seperti pelita dalam kaca
dadanya menyala
menerangi jalan ke seberang
ini adalah cahaya di atas cahaya
kata mapak mengayunkan kaki
cahaya di dada membimbing
kedua kaki yang menciptakan ingatan
tapi kenapa hati dan pikiran berguncang
melepas ikatan di sekujur badan?
mapak mengeluarkan
kedua tangan yang gelap gulita
dan menatap ombak di garis tangannya
gerak awan melamban
burung-burung mengepakkan sayap
segera mapak menggulung jalan
meletakkannya di awan
tempat sekelompok burung
kembali ke sarang
/7/
cinta yang sengaja dipalingkan
menyusun penyesalan yang mendalam
kata mapak seakan tahu
galib waktu menyalib rencana
mapak melanjutkan
menegakkan kepala
di senja yang hampir teggelam
di sekitarnya, asap jerami
mengepul di balik gedung
tapi mapak terus mengayunkan kaki
menyeberang dengan harapan
tanah pada hujan sore
mapak menatap barat
bulan sabit mulai terbit
menyinari rambut
yang digoyangkan angin
mengabarkan bahwa ia selesai
mapak sampai:
perjalanan adalah gelombang
kebetulan-kebetulan.
2015
Mohamad Baihaqi Alkawy, Lahir di Toro Penujak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Mei 1991. Banyak menulis puisi dan esai. Tulisan-tulisannya tersiar di Indo Pos, Media Indonesia, Sinar Harapan, Suara Merdeka, Suara Karya, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Bali Post, Koran Kampung, Lampung Post, Minggu Pagi, Riau Pos, JogloSemar, Radar Surabaya, Banjarmasin Post, Lombok Post, Suara NTB, Radar Lombok, Radar Mandalika, Buletin Egaliter, Jurnal Santarang, Majalah Sagang, Buletin Egaliter, dan Buletin Kappas. Juga Tersimpan dalam Buku Antologi 22 Penyair NTB, Dari Takhalli sampai Temaram (2012), Antologi Penyair Nusantara, Indonesia dalam Titik 13 (2013). Salah satu cerpennya berhasil masuk antologi Lelaki Purnama dan Wanita Penunggu Taman (2012). Bukunya berhasil terbit Antologi Esai Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca (2014).
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi/berdonasi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].