OpiniPeristiwaSpiritual

Manusia Tanpa Kemanusiaan Adalah Tragedi Yang Lebih Buruk Dari Virus Itu Sendiri

Manusia Tanpa Kemanusiaan Adalah Tragedi . Ilustrasi kuburan
Manusia Tanpa Kemanusiaan Adalah Tragedi . Ilustrasi kuburan

Manusia Tanpa Kemanusiaan Adalah Tragedi Yang Lebih Buruk Dari Virus Itu Sendiri

Ada yang diteriaki, dicaci maki, ada yang dilempari batu. Kemarin ada kabar bahwa jenazah perawat yang tertular Covid-19 ditolak di tanah kelahirannya. Bahkan ada makam yang digali kembali hanya untuk dipindahkan jenazahnya. Ini adalah berita buruk bagi kehidupan dan kemanusiaan.
Oleh : R. Wahyu Kartiko Tomo

“Hancur sekali perasaan ini melihat perlakuan sekelompok makhluk hidup yang mengatasnamakan diri manusia itu menolak pemakaman pasien Covid-19,” tutur Dokter R. Wahyu Kartiko Tomo dengan perasaan emosional

“Saudaraku, virus ini telah membuat kita kehilangan banyak hal. Kita kehilangan kerabat, kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, kehilangan waktu khusus untuk berjamaah ke masjid, kehilangan waktu khusus untuk beribadah. Jangan sampai kita juga kehilangan rasa kemanusiaan. Kalau itu terjadi, ini tragedi yang jauh lebih buruk daripada virus itu sendiri,” ujarnya dengan nada prihatin.

Lebih jauh, praktisi kesehatan ini menambahkan bahwa, memberikan tempat peristirahatan terakhir bagi saudara-saudara kita yang meninggal itu merupakan adalah salah satu bentuk kepedulian kita terhadap mereka. Kita memang patut waspada terhadap penyebaran virus Corona, tetapi menolak untuk membumikan jenazah yang diduga terinfeksi virus tersebut bukanlah tindakan yang tepat.

Baca Juga:  Diduga Pengemudi Mabuk, Mobil Avanza Seruduk Warung Bakso, Satu Orang Meninggal

“Selain tidak berhubungan dengan penyebaran virus, tindakan itu juga bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang kita miliki. Bayangkan apabila jenazah Anda atau keluarga Anda yang diperlakukan demikian, apakah Anda rela?

Kekhawatiran dan kewaspadaan tetap penting, tetapi uga harus dibingkai dengan ilmu pengetahuan dan juga pemahaman yang utuh.

Saudaraku jangan sampai akibat kekhawatiran kita yang minus pengetahuan memadai, kita menjadi berdosa, karena tidak menunaikan kewajiban atas hak jenazah dengan tindakan menolakan pemakaman.

Padahal Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Forensik FK UNPAD, Yoni Fuadah Syukriani menyatakan bahwa jenazah pasien Corona dipastikan aman dan tidak akan mencemari tanah dan air.

Masih ingat kisah Habil dan Qobil? Qabil yang kebingungan atas jasad Habil karena telah membunuhnya, kemudian diberi pelajaran dengan seekor burung gagak.

Dikisahkan, Allah kemudian menyuruh seekor burung gagak mengali-gali di tanah untuk memperlihatkan kepada Qobil cara menguburkan mayat saudaranya. Qobil lalu berkata: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak itu, sehingga aku dapat mengguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.” (QS. Al-Maidah: 31).

Baca Juga:  Peduli Bencana, PJ Bupati Pamekasan Beri Bantuan Makanan kepada Korban Banjir

“Dari bumi (tanah) Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”. (QS. Thaha: 55)

Allah juga berfirman mengenai kewajiban menguburkan jenazah dalam QS. Al- Mursalat ayat 25-26: “Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul, orang-orang hidup dan orang-orang mati.” (Al-Mursalat: 25-26).

Ibnu Abbas mengatakan bahwa kata kifatan artinya penyimpanan, bertempat di permukaan bumi orang-orang yang hidup dan dikuburkan di dalam bumi orang-orang yang mati. Mujahid mengatakan bahwa mayat dikebumikan hingga tidak terlihat. Asy-Sya’bi mengatakan bahwa bagian dalam bumi untuk orang-orang mati kalian, sedangkan bagian luarnya untuk orang-orang hidup kalian. Oleh karena itu, siapakah kita berani mencegah bumi Allah SWT untuk digunakan sebagai tempat memakamkan hambanya yang telah meninggal?

Beragama tanpa kemanusiaan jauh lebih ironis dibanding kematian karena virus. Sebab, ketidakpedulian pada dimensi kemanusiaan akan dilegitimasi dengan dalil-dalil agama. Sementara agama mengajarkan kebaikan universal, cinta kasih, penghormatan, dan persaudaraan.

Baca Juga:  Tradisi Resik Makam: Masyarakat Sumenep Jaga Kebersihan dan Hikmah Spiritual Menyambut Ramadan

Tentu semuanya adalah atas kehendak Allah semata, Tuhan alam semesta. “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun”. Sesungguhnya semua milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya semua akan kembali. (ed. Banyu)

Penulis: R. Wahyu Kartiko Tomo
R. Wahyu Kartiko Tomo, Dokter dan Praktisi Kesehatan

Related Posts

1 of 3,051