Labirin Rahim
Kerlingan mata sendu
Bibir merah merekah
Lenggok pinggul menggoda
Dua pualam itu menantang
Jeratan berahi selalu datang
Legungan berkeliaran diotak
Dentuman syahwat meletup
Menyebar urat nadi ini
Setiap kali kumasuki labirin rahim
Saat itu juga jatuh tertunduk
Sujud minta ampun padaMu
Surabaya, April 2017
Rapuh
Kulihat seorang ayah renta tua
Duduk ditepian kasur termenung
Menyeka luka dikakinya
Tertunduk meratapi nasib
Kupandangi wanita yang kusebut Mama
Tergeletak lemah stroke menyerang
Tangan kiri terkulai tak berdaya
Teronggok dalam kursi rodanya
Kusaksikan pemuda itu pergi
Meradang meninggalkan luka
Tak kembali mengejar amarah
Kebencian itu ada di sorot matanya
Ah rumah ini begitu besar tapi kosong
Dan aku sendiri terkulai lelah
Memandang waktu terus tergerus habis
Tapi dalam doaku untukMu
Kau kuatkan jiwaku yang rapuh ini
Surabaya, April 2017
Pagi itu Toilet itu
Pagi ini kau tarik aku ke toilet itu
Kau sodorkan dua pualam itu kepadaku
Begitu bercahaya menyesakkan hati ini
Kau suguhkan tarian syahwat dalam liukan tubuhmu
Lampu temaram itu tak membuat mu berhenti
Keringatmu bercucuran beraroma strawberry itu
Gairahku tak henti menghirupnya dalam-dalam
Suara rintihanmu layaknya terapi ditelingaku
Mendayu-mendayu mengaduk jiwaku yang gersang
Bagai candu dalam aliran darahku
Dalam lengungan kau bercerita tentang mimpimu
Kita bertemu dalam labirin itu
Mulut kita bertautan
Dari mulutmu kau ucapkan
Kau merindukanku
Jember, Februari 2017
Mantra Cinta Dalam Nyanyian Tidur
Kamar ini, ruangan itu ada kenangan tertinggal
Nyala berisik televisi tak segaduh apa yang kau buat
Tak ingatkan kau
Kau selalu ucapkan mantra cinta dalam nyanyian tidurmu
Tak ingatkan kau
Desahmu mengiringi dinginya malam itu
Tak ingatkan kau
Sewaktu kumasukan lingga itu ke yoni mu
Bisa kurasakan airmatamu di dalam kepalaku
Dan aku nyakin kau akan mengingat semua itu
Terus mengingatnya
Tapi semua itu semu
Bukittinggi, Februari 2017
Ferry Fansuri, kelahiran Surabaya adalah travel writer, fotografer dan entreprenur lulusan Fakultas Sastra jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Pernah bergabung dalam teater Gapus-Unair dan ikut dalam pendirian majalah kampus Situs dan cerpen pertamanya “Roman Picisan” (2000) termuat. Puisi-puisinya masuk dalam antalogi puisi festival puisi Bangkalan 2 (2017) dan cerpen “pria dengan rasa jeruk” masuk antalogi cerpen senja perahu litera (2017). Mantan redaktur tabloid Ototrend (2001-2013) Jawa Pos Group. Sekarang menulis freelance dan tulisannya tersebar di berbagai media Nasional. Dalam waktu dekat menyiapkan buku antalogi cerpen dan puisi tunggal.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].