Budaya / SeniPuisi

Mangkrak

Mangkrak, Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch

MANGKRAK

Senayan di senjakala
Langit di atas rumah rakyat itu berkabut
Noktah hitam berhamburan di cakrawala
Menebarkan semerbak wangi dari jas dan dasi para politisi
Bercampur bau kentut yang hanyut di tiap sudut
Bendera merah-putih tak gagah kibarannya

Kusebut zaman ini Kalabendu
Saat keteladanan membisu
Manakala etika dan tuba bercampur dalam satu belanga
Hukum terapung di negeri bingung
Keadilan begitu manis di lidah penguasa
Dan dalam kecamuk remuk ini
Wakil rakyat hanya sibuk berpura-pura
Tuna segalanya

Senayan di senjakala
Kucari kitab Taurat hingga di puncak Tursina
Kupanggil Nabi Musa dalam ratap nestapa
Dimanakah hukum dan keadilan itu kini berada?

Kedaulatan mangkrak dimana-mana
Etika dan moral mangkrak tak tentu rimba
Dimanakah cermin peradaban itu kini berada?

Kupanggil Nabi Daud dengan jerit biola
Keindahan mangkrak dimana-mana
Martabat dan makrifat mangkrak tak tentu rimba
Dimanakah partitur indah dalam kitab Zabur itu kini berada?

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Senayan di senjakala
Rumah rakyat itu kini telah roboh pilarnya
Undang-undang kian kering kerontang
Akhlak manusia menjelma kemarau panjang

Kucari juru selamat di zaman ini
Tapi yang kutemukan hanya korupsi

Apakah Nabi Isa ada waktu untuk membaca puisi ini?

Senayan di senjakala
Duka mengepung rumah rakyat menjadi gerimis tuba
Kepercayaan telah dinista
Amanah dianggap sampah
Demokrasi digergaji
Pancasila mangkrak dan dikebiri

Kepada siapa kusematkan mahkota bangsa dan panggilan Yang Mulia?
Manakala kursi yang dihormati itu telah berlepotan lumpur dan tinja?
Tak lagi megah dan tanpa pesona?

Kucari bulan purnama di langit Senayan
Tapi yang kulihat hanya gerhana

(Renungan Senja 2017)

Baca puisi-puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch di rubrik Puisi (Indonesia Mutakhir).

*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll. (Selengkapnya)

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 114