Ekonomi

Manfaatkan Beragam Energi Alternatif, Kemenperin Canangkan Industri Hijau

NusantaraNews.co, Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Kementerian yang dipimpinnya telah mencanangkan program industri hijau untuk memanfaatkan beragam inergi alternatif yang dimiliki Indonesia. Hal tersebut merupakan bagian utama dari keberadaan sumber daya alam berkelanjutan.

“Indonesia memiliki beragam energi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan. Dalam hal ini, Kemenperin telah mencanangkan program industri hijau berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian,” jelas Airlangga Hartarto, di Jakarta, Jumat (6/10/2017).

Sementara untuk regulasinya, kata Airlangga, industri perlu mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan dalam proses produksinya.

“Misalnya, penggunaan teknologi rendah karbon menjadi salah satu prinsip industri hijau, dengan didukung penerapan 4R (reduce, reuse, recycle, dan return) serta SDM yang kompeten sehingga akan menghasilkan efisiensi bahan baku, energi, dan air,” kata dia.

Khusus, untuk daya beli, lanjutnya, pemerintah meyakini masyarakat Indonesia masih memiliki daya beli yang kuat. Meskipun disebutkan ada pergeseran transaksi dari offline ke online, data menunjukkan kenaikan penggunaan jasa kurir hingga 130 persen di akhir September ini.

Baca Juga:  Harga Beras Meroket, Inilah Yang Harus Dilakukan Jawa Timur

Menteri Airlangga juga menyatakan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik mencapai 12,14 persen. Artinya, ada aktivitas ekonomi. Bahkan, pertumbuhan penerimaan pajak dari industri juga naik sebesar 16,63 persen dibanding tahun lalu.

“Salah satu program prioritas Kemenperin adalah pengembangan IKM dengan platform digital melalui e-Smart IKM untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan pendapatan,” ungkap Airlangga.

Pada faktor kompleksitas, Menperin menjelaskan, Indonesia termasuk negara berkembang yang mampu menciptakan beragam produk dari sebuah sistem ekonomi. Hal ini merupakan bagian dari hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh industri. “Kompleksitas dapat ditingkatkan melalui kolaborasi,” ujarnya.

Adapun ekonomi skala, bisa dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan oleh manufaktur domestik. Berdasarkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menduduki peringkat ke-9 di dunia untuk Manufacturing Value Added atau naik dari peringkat tahun sebelumnya di posisi ke-10.

“Peringkat ke-9 ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya,” tutup Airlangga. (red-02)

Baca Juga:  DPRD Nunukan Berharap Semenisasi di Perbatasan Dapat Memangkas Keterisolasian

Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 38