InspirasiLintas Nusa

Magood Lelet Ikan, Pelet Ikan Dari Sampah Organik Karya Inovatif Mahasiswa UII

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Integritas diri merupakan satu bagian terpenting dari kehidupan manusia dalam mempertahankan dan melanjutkan eksistensinya. Integritas dapat diolah dan dikembangkan dengan daya cipta dan daya hidup yang kuat. Karenanya, tanpa daya cipta dan daya hidup, integritas seseorang melempem dan susah keluar dari zona kemandegan diri.

Integritas dapat menjadi modal untuk hadir dalam setiap kesempatan kerja. Tentu saja sesuai dengan bidang dan minatnya. Lantas bagaimana solusi apabila tidak ada lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki? Nah, di sinilah fungsi integritas menjadi tumpuan.

Dengan integritas, seseorang tidak akan mundur dengan segala situasi dan kondisi. Integritas akan mengasah kedirian seseorang menjadi lebih kreatif dan produktif. Integritas, tidak akan membuat seseorang melulu menyandarkan dirinya kepada lapangan pekerjaan untuk bisa melanjutkan kehidupan. Justru, dengan tanpa lapangan pekerjaan, seseorang bisa lebih kreatif dan gigih dalam mencari dan mengolah daya hidupnya.

Hasilnya adalah inovasi yang menguntungkan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya. Salah satu inovasi ini dapat kita ambil contoh dari hasil kreatifitas sekelompok mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Inovasi ini terbilang cukup langka.

Baca Juga:  Terkait Kasus Bimo Intimidasi Wartawan, Kabid Irba Dinas PSDA Cilacap Bantah Terlibat

Para mahasiswa itu dengan daya ciptanya berhasil membuat dan mengembangkan pelet ikan berprotein tinggi dengan memanfaatkan sampah organik yang diberi nama Magood Lelet Ikan. Bahkan, produk pelet ikan berprotein tinggi ini telah meraih juara III dalam kompetisi kewirausahaan “UTU Awards” yang diselenggarakan Universitas Teuku Umar (UTU) di Meulaboh, Aceh.

“Sampah organik kami manfaatkan sebagai media tumbuh kembang larva lalat Black Sodier Fly (BSF) yang menjadi komponen utama pembuatan pelet ikan sebagai pakan ikan,” kata koordinator kelompok mahasiswa Ika Bayu Kartikasari di Yogyakarta, Rabu (1/3/2017).

Kepada pewarta Antara, Ika Bayu menjelaskan, lalat BSF memiliki keistimewaan yakni tidak membawa kuman penyakit. Tidak seperti lalat-lalat lainnya, yang apabila pernah hinggap di sampah kemudian hinggap di makanan seseorang maka dapat menyebabkan penyakit. “Lalat BSF itu larvanya sangat rakus dalam mengurai aneka sampah organik seperti sampah rumah tangga, sisa nasi, sisa sayuran hingga daun-daunan kering,” kata Ika.

Baca Juga:  Sekda Nunukan Buka FGD Penyampaian LKPJ Bupati Tahun Anggaran 2023

Menurut dia, setelah melaksanakan tugasnya mengurai sampah, larva lalat selanjutnya dipanen sebagai bahan pembuatan pelet. Jadi, tidak hanya volume sampah yang berkurang tetapi juga menghasilkan bahan pembuat pelet yang berprotein tinggi.

Sementara itu, anggota kelompok mahasiswa Siti Hariyati mengatakan, untuk membuat lalat BSF mau hinggap dan bertelur di sampah organik, ada trik-trik tersendiri. Sampah organik harus diisolasi terlebih dahulu agar tidak ada jenis lalat lain yang hinggap di sana. Kemudian baru ditempatkan beberapa indukan lalat BSF di sampah organik tersebut. Ketika lalat BSF telah hinggap di suatu media maka dipastikan lalat-lalat yang lain tidak akan hinggap di media tersebut.

Hal itu terjadi karena media tersebut sudah menjadi daerah teritorialnya lalat BSF. Setelah itu akan bermunculan larva yang memakan sampah. “Larva yang berkembang hingga fase Pre Pupa dianggap sudah layak panen karena memiliki tekstur belum terlalu keras dan memiliki protein yang besar,” katanya.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Serahkan Bantuan Bagi Imam, Marbot, Guru Ngaji, dan Rumah Ibadah

Di samping itu, Fatma Wahyu salah seorang anggota yang lain mengatakan larva lalat BSF dikenal sebagai salah satu serangga yang berprotein tinggi sehingga sangat baik sebagai sumber pakan ternak, baik unggas maupun ikan. Selain bergizi tinggi, lanjutnya, larva lalat yang merupakan bahan organik juga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk mengolah larva lalat menjadi pelet ikan perlu melalui tahapan khusus.

Pada tahap awal, larva yang telah memasuki fase Pre Pupa dipisahkan dari larva lainnya. Larva tersebut kemudian dimatikan dengan cara dioven sampai kering dan dijadikan serbuk. Proses selanjutnya adalah mencampur serbuk larva bersama dengan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk membuat pelet seperti dedak, bekatul, air, dan tepung kanji.

“Setelah tercampur dengan baik, menurut dia, kemudian dicetak, dikeringkan, dan dibentuk menjadi ukuran standar pelet pakan ikan. Pelet yang sudah kering siap ditabur di kolam-kolam ikan,” katanya.

Penulis: Achmad Sulaiman

Related Posts