EkonomiLintas Nusa

Madiun Kirim Beras Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat ke Jabodetabek

NUSANTARANEWS.CO, Madiun – Bupati Madiun H. Muhtarom memberangkatkan pengiriman perdana beras Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat ke toko  Tani Indonesia di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Senin (8/5/2017). Pada kesempatan ini, Bupati Madiun didampingi anggota Forkopimda, Sekda, Kepala OPD dan Camat dengan disaksikan oleh penurus dan anggota Gapoktan Kab. Madiun dan karyawan/ti Pemkab.

Muhtarom menyampaikan bahwa, pengiriman beras kali ini sebagai kelanjutan pengiriman beras tahun 2016 yang lalu. Perlu diketahui, bahwa Gapoktan Kab. Madiun sejak lama telah bekerja sama dengan Toko Tani Indonesia se Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dalam penyediaan beras.

“Kerjasama ini terlaksana karena sebelunya Pemkab. Madiun melalui  Dinas Ketahanan Pangan Kab. Madiun telah menjalin kerjasama (MoU) yang saling menguntungkan dengan Toko Tani Indonesia se Jabodetabek. Karena Gapoktan Kab. Madiun telah konsisten dengan kerjasama tersbut maka pada tahun 2017 ini kerjasama tersebut dilanjutkan kembali,” kata Muhtarom saat menyampaikan sambutan.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Sosialisasi Penyelenggaraan Kearsipan

Menurut dia, hal itu dilaksanakan sebagai bagian dari program Pemkab Madiun dalam upaya Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat dalam rangka merealisasikan Nawacita Presiden RI.

Muhtarom menambahkan, bagi Pemkab Madiun, peningkatan hasil produski pertanian bukan semata-mata karena target atau yang lain, tetapi ini memang sesuai kebutuhan. Perlu diketahui, bahwa Kab. Madiun dipercaya untuk menjalankan Pengembangan  Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) pola baru yaitu pasokan beras seabnyak 110 ton dikirim ke Toko Tani Indonesia se Jabodetabek.

“Dan pada hari ini kiriman perdana sebanyak 10 ton. Diinformasikan pula bahwa, pada tahun 2016 produksi beras Kab. Madiun mencapai 311 ribu ton dengan surplus beras lebih dari 240 ribu ton,” ungkapnya.

Dengan demikian, sambung Muhtarom, Kabupaten Madiun tidak perlu khawatir akan terjadi kelangkaan beras meskipun sebagain hasil panen dipasok ke daerah lain. Dengan kondisi beras yang demikian adanya berarti Pemkab. “Madiun telah memberikan kontribusi riil dalam penyediaan pangan nasional. Jadi apabila di Kab. Madiun sampai terjadi puso, maka yang merasa rugi bukan saja petani Kab. Madiun tetapi juga pemerintah,” ujarnya.

Baca Juga:  Banjir Dukungan dari PMKD Se-Bondowoso, Risma Beber Cara Sejahterakan Rakyat

Demikian pula kalau sampai terjadi serangan hama/penyakit tanaman, maka Pemkab. Madiun akan selalu memberikan pembinaan dan bimbingan kepada petani.  Untuk itu kepada Gapoktan, Kelompok Tani, PPL dan Mantri  pertanian semuanya harus aktif turun kewilayah. Di Kab. Madiun untuk mengeksistensi petani telah menggunakan penyuluh dengan pola poly valen, dimana masing-masing pnyuluh harus menguasai 4 materi baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan peternakan maupun perikanan dll.

“Untuk mendukung pola tersebut seluruh PPL telah diberikan pendidikan dan pelatihan khusus sehingga mereka dapat langsung terjun kelapangan dan berinteraksi dengan petani. Selanjutnya masing-masing  PPL tersebut  akan bisa bertanggungjawab hingga 2 desa sekaligus. Ini berarti bahwa apabila sewaktu-waktu petani membutuhkan pimbingan dan pembinaan akan cepat menemukan PPL nya, sehingga komunikasi bisa lebih cepat,” kata dia.

Lebih lanjut Muhatorm menjelaskan bahwa saat ini negara telah mempunyai/menetapkan standart harga pasar artinya tidak menutup kemungkinan HPP ini akan berada dibawah harga pasar. Sedangkan saat ini berorientasi bagaimana caranya agar produksi pertanian kita mempunyai nilai lebih.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Pimpin Upacara Hari Sumpah Pemuda Ke-96

“Saat ini Kab. Madiun sedang mengembangkan agro bisnis jadi petani harus berorientasi bisnis agar hasil produksi pertaniannya terus mempunyai nilai tambah. Agar hasil pertaniannya bisa mempunyai nilai tambah Bupati Madiun menyarankan agar pada saat panen raya petani tidak rame-rame menjual hasil penennya. Tahan dulu sampai ada kenaikan harga baru dijual. Jangan seluruh hamparan ditanami padi, harus ada tanaman lain seperti Melon, Lombok, Tomat dll untuk menjaga stabilitas harga tanaman pangan dalam arti luas. Ini sebagai salah satu bentuk petani berorientasi bisnis,” tutup Muhtarom. (mc0803)

Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 3