Aku Waktu Beku Dalam Ingatanmu
hujan jatuh. ingatanku basah sendiri
inginku tak hidup sepi lagi
tapi langit hilang bintang dan kini
aku hampir mati bunuh diri
darahku masih merah
jantungku berjuang belum kalah
kulitku mengeras seperti tebing patah
jiwaku sendu mulai belajar marah
musim masih jauh dari kemarau
di bawah payung, setia kupandangi waktu
2017
Luka Seorang Filsuf
Dunia baru belajar merekatkan luka seorang filsuf
Retak berhamburan di atas cermin perias istrinya
Tak ada peristiwa silam yang luput ditafsirkan
Seekor ulat hendak belajar meraung
Lembar-lembar firasat dibentangkan
Seketika matahari disulap jadi bola kecil,
di lapangan luas.
Sang filsuf merindukan ruang kerjanya berantakan
Memamerkan hasil renung demi renung
Kepada istirnya ia berjanji menyiapkan cermin baru
Tapi seketika: ia memandang masa kini berdebu
Dipenuhi kata-kata kusam hilang makna
Setelah pagi, tak lagi ia lihat seorang perempuan,
memandangi hidupnya di cermin.
2016
Wawan Kurn, menulis puisi, cerpen, esai. Menerbitkan buku puisi pertamanya yang berjudul “Persinggahan Perangai Sepi (2013)”. Serta diundang sebagai penulis Indonesia Timur di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2015. Buku puisi kedua terbit Januari 2017 dengan judul “Sajak Penghuni Surga” oleh Penerbit Basabasi. Buku esai pertamanya terbit Februari 2017 dengan judul “Sepi Manusia Topeng” oleh Penerbit Nala Cipta Litera.
Penulis dapat dihubungi via email, [email protected] dan dapat disapa melalui twitter @wkhatulistiwa. HP: 085656123020 atau dapat dikunjungi di blog www.wawankurn.com
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].