MancanegaraPolitik

Lima Peristiwa Penting Dunia Hari Ini: Bom, Perang dan Revolusi

NusantaraNews.co – Ada banyak peristiwa yang dikubur dengan timbunan peristiwa baru. Tak sedikit pula peristiwa yang diciptakan untuk diingat, ditulis dan disiarkan hingga akhirnya menjadi sejarah. Demikian keniscayaan dari masa lalu. Begitu pula dengan hari ini. Peristiwa diciptakan untk masa depan. Tentu dengan tujuan-tujuan tertentu.

Lantas, apa yang penting untuk diingat, dikenang dan dipelajari dari peristiwa yang terjadi pada tanggal 23 Oktober. Juru cerita dan pencatat sejarah mengemukakan sejumlah peristiwa yang bisa dingat dan dipelajari sebagai inspirasi.

Dari penelusuran tim Redaksi NusantaraNews.co, setidaknya da 5 peristiwa penting dan gening hari ini di masa lalu yang berbeda-beda. Berikuti ini 5 peristiwa penting di dunia:

Penyair Perancis Gautier Meninggal Dunia

Tanggal 23 oktober 1872, Teophile Gautier, seorang penyair dan penulis Perancis terkenal, meninggal dunia. Ia dilahirkan pada tahun 1811 dan menuntut ilmu di kota Paris. Gautier selama beberapa waktu bekerja sebagai wartawan surat kabar.

Namun, kemudian ia tertarik untuk menggeluti bidang sastra dan berhasil menciptakan syair-syair yang indah. Di antara karya syairnya yang terpenting berjudul “Albertus” dan “Komedi Kematian”. Gautier juga menulis buku yang terkenal, berjudul “The Mummy Foot”.

Baca Juga:  Irwan Sabri Serahkan Berkas Formulir Bakal Calon Bupati Nunukan Kepada PDI Perjuangan

Perang Al-Alamain di Mesir

Tanggal 23 oktober 1942, dimulailah perang al-Alamain di kota al-Alamain, Mesir Utara. Perang yang terjadi antara tentara Inggris dan NAZIJerman ini, merupakan bagian dari Perang Dunia Kedua. Pasukan Jerman dipimpin oleh Jenderal Irwin Rommel dan pasukan Inggris dipimpin oleh Letnan Jenderal L. Montgomery. Dalam perang ini, Inggris berhasil menang.

Namun, perang di antara kedua pihak masih terus berlangsung di bagian lain di Afrika. Akhirnya, bersama dengan kekalahan total Jerman, Afrika pun terbebas dari Perang Dunia Kedua.

Bom Bunuh Diri

Serangan bom bunuh diri mendera markas tentara Amerika Serikat (AS) di Beirut, Lebanon dan menyebabkan 241 tentara AS tewas. Kelompok yang menamai diri mereka sebagai Jihad Islam mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Revolusi Rakyat Hongaria

Tanggal 23 oktober 1956, dimulailah revolusi rakyat Hongaria melawan Uni Soviet. Pada tahun 1953, Partai Komunis Hongaria dibubarkan oleh Imre Nagy, Perdana Menteri Hongaria yang nasionalis. Kemudian, dibentuklah pemerintahan militer yang independen dan terpisah dari Uni Soviet. Namun, kelompok komunis Hongaria, dengan bantuan uang dan militer dari Uni Soviet, menumpas perjuangan rakyat negara ini sehingga ratusan orang tewas.

Baca Juga:  KPU Nunukan Gelar Pleno Rekapitulasi Perhitungan Perolehan Suara Pemilu 2024

Revolusi Hongaria tahun 1956 itu bisa ditumpas, namun perjuangan rakyat negara ini masih terus berlangsung. Akhirnya, pada tahun 1989, Hongaria berhasil meraih kemerdekaannya dan menjadi anggota NATO.

Bom Meledak di Barak Angkatan Laut Amerika

Tanggal 23 oktober 1983, sebuah truk berisi dinamit ditabrakkan ke barak Angkatan Laut Amerika di Beirut. Sebanyak 241 tentara AS tewas akibat bom mati syahid seorang pejuang Lebanon ini. Di dalam serangan mati syahid yang lain di hari yang sama, 58 tentara Perancis juga tewas. Tentara AS, Perancis, Inggris, dan Italia merupakan bagian dari pasukan multinasional yang pada bulan agustus 1982, dikirim ke lebanon untuk mengawasi pengusiran orang-orang Palestina dari negara itu.

Sejak tahun 1975, pecah perang antara orang-orang Palestina di Lebanon dengan kelompok Christian Phalange Party (Partai Kristen Palangis) dan kelompok-kelompok lainnya. Pada bulan Juni 1982, tentara Zionis memasuki Lebanon dengan tujuan untuk mengusir angkatan bersenjata Organisasi Pembebasan Palestina(PLO).

Baca Juga:  Bukan Emil Dardak, Sarmuji Beber Kader Internal Layak Digandeng Khofifah di Pilgub

Pada tanggal 17 September 1982, kelompok Christian Phalange Party dengan dukungan Israel, menyerbu kamp pengungsi Shabra Shatilla. Dalam penyerbuan selama 40 jam itu, para Phalangist memperkosa kaum perempuan palestina di kamp itu, serta membunuh 3300 orang, sebagian besar wanita, anak-anak, dan orangtua.

Alih-alih mendapat pembelaan, orang-orang Palestina malah diusir keluar dari Lebanon dan pengusiran itu diawasi oleh pasukan multinasional di bawah pimpinan Amerika.

Banyaknya tentara AS yang tewas akibat bom bunuh diri itu, membuat Presiden Ronald Reagan banyak mendapat kecaman. Akhirnya, pada bulan Februari 1984, tentara AS ditarik mundur dari Lebanon. (IRIB Indonesia)

Penulis/ Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 5