Liga Arab Desak AS, Pemimpin Palestina Serukan Intifada

Ilustrasi Gerakan Intifada/Foto AFP

Ilustrasi Gerakan Intifada/Foto AFP

NUSANTARANEWS.CO – Liga Arab desak AS agar mencabut keputusan Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sementara pemimpin Hamas Ismail Haniya menyerukan gerakan intifada baru di Palestina. Demikian pula Organisasi Fatah Abbas juga menyerukan hal yang sama agar warga Palestina terus melakukan konfrontasi dan memperluasnya ke semua titik di mana tentara Israel hadir di Tepi Barat.

Dalam sidang darurat para menteri luar negeri Arab pada hari Sabtu, menyerukan agar AS untuk membatalkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibukota Israel dan meminta dunia internasional agar mengakui sebuah negara Palestina yang berdaulat.

Pernyataan bersama tersebut dikeluarkan oleh para menteri luar negeri negara-negara Liga Arab yang menggelar pertemuan darurat pada hari Sabtu (09/12) di Kairo atas permintaan dari Palestina.

Dalam pernyataan itu dikatakan bahwa langkah AS tersebut telah meningkatkan ketegangan dan kekacauan di kawasan regional Timur Tengah. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki meminta Mesir saat ini menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB – agar mengajukan rancangan resolusi guna menolak keputusan AS itu

Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit mengatakan keputusan AS itu telah merusak kredibilitas AS sebagai mediator perdamaian antara Palestina dan Israel.

Para menteri yang hadir sepakat untuk “menuntut agar Amerika Serikat membatalkan keputusannya mengenai Yerusalem … dan meminta dunia internasional agar mengakui negara Palestina … dengan Yerusalem timur sebagai ibukotanya.”

Mereka juga mengatakan bahwa mereka akan pergi ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk sebuah resolusi yang mengecam keputusan AS sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.

Dilansir monitor.co.ug, keputusan Presiden Trump tersebut telah memicu protes dan bentrokan di wilayah Palestina. Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas juga telah membatalkan sebuah pertemuan yang dijadwalkan dengan Wakil Presiden AS Mike Pence di Ramallah akhir bulan ini.

Demikian pula di Mesir, pemimpin Muslim dan Kristen telah membatalkan pertemuan dengan Pence sebagai bentuk protes terhadap keputusan tersebut.

Banyak pihak yang mengkhawatirkan akan terjadi bentrokan baru dalam skala luas setelah para pemimpin Palestina menyerukan intifada baru dan perlawanan ke semua titik di mana tentara Israel hadir di wilayah Palestina.

Seperti diketahui Israel merebut Yerusalem timur dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh dunia internasional.

Sementara bangsa Palestina menginginkan Yerusalem timur sebagai ibukota negara mereka di masa depan.

Dilansir Jerusalem Post, “Tidak ada perdamaian jika kita menyelesaikan masalah Yerusalem secara sepihak.” …..”Deklarasi Trump sebanding dengan deklarasi Balfour.” ….Bahwa Yerusalem seharusnya menjadi ibukota bersama Israel dan Palestina, terbagi antara timur dan barat atau melalui sebuah pengaturan yang akan membuatnya tetap bersatu.

Sementara itu, para pemimpin Arab Israel merencanakan sebuah demonstrasi di Tel Aviv di seberang kedutaan Amerika dan, pada hari Jumat, yang dimaksudkan untuk menarik perhatian orang-orang dari seluruh negeri. (Banyu)

Exit mobile version