Budaya / Seni

Lestarikan Budaya Daerah, Disdik Sumenep Wajibkan Bahasa Madura untuk Siswa SMP

bahasa madura, disdik sumenep, sekolah sumenep, pendidikan sumenep, pelajaran bahasa madura, wajiba bahasa madura, budaya madura, nusantaranews, nusantara news, nusantara
Suasana Penyampaian terkait kebijkan berbahasa daereh Disdik Sumenep. (Foto: NUSANTARANEWS.CO/Danial Kafi)

NUSANTARANEWS.CO, Sumenep – Dalam rangka melestarikan Bahasa Madura Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep mewajibkan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk menggunakan bahasa Madura dalam kegiatan sekolah.

Menurut A. Shadik Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sunenep menuturkan tujuan diwajibkan bagi peserta didik menggunakan bahasa madura untuk menjaga agar bahasa madura menjadi bahasa daerah yang tetap digunakan oleh anak didik. Karena jika tidak diwajibkan berbahasa madura maka tidak menuntuk kemungkinan lima tahun kedepan bahasa daerah tidak diminati oleh generasi muda.

“Mewajibkan menggunakan bahasa daerah Madura agar bahasa ibu terus digunakan oleh para anak didik kita,” ujar Shadik, Sumenep, Rabu (26/9/2018).

Penggunaan bahasa madura di sekolah harus mendapatkan perhatian khusus dari kepala sekolah, sehingga agenda wajib berbahasa daerah dapat berjalan dengan baik.

Maka dari itu kata Shadik sebelum diterapkan wajib berbahasa madura Disdik mengadakan pelatihan khusus bagi kepala serta guru bahasa daerah SMP Negeri serta Ketua KKKS Kecamatan se-Kabupaten Sumenep yang ditempat di salah satu hotel di kabupaten setempat.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Diharapkan penerapan wajib berbahasa madura dapat dilakukan secara bersama sama dengan semua elemen sekolah termasuk kepala sekolah.

“Saya yakin jika penerapan bahasa daerah akan berjalan dengan baik,” kata Shadik.

Kegiatan tersebut dihadiri pakar bahasa daerah yaitu Tajul Arifin, H. Sunaryo dan Moh. Taufik sebagai narasumber.

Selain itu Dinas Pendidikan membahas Focus Grup Discussion dengan bahasan; pertama, pembahasan lima hari akademik dan 1 hari non akademik. Kedua, problematikan PR di Sekolah Negeri.

Ketiga, perlunya sekolah binaan dari SDN ke SMPN. Keempat, kebijakan kelas khusus siswi dan siswa. Kelima, perlunya Training center untuk akademik dan non akademik.

“Ini semua tujuannya agar dunia pendidikan kita lebih baik,” pungkas.

Pewarta: Danial Kafi
Editor: Ani Mariani

Related Posts

1 of 3,148