InspirasiKreativitas

Labibah Zain: Gerakan Membaca, Gerakan Merubah Mindset Masyarakat

NUSANTARANEWS.CO – Pada tanggal 8 September 2016 kemarin Hari Aksara Internasional yang ke 51 diperingati. Semarak peringatan sebatas peringatan tidak nampak ada gairah. Tetapi, di luar hari peringatan, ribuan aktivis literasi terus melakukan kerja-kerja keberakrasaan ke masyarakat.

Beragam upaya sudah dilakukan oleh penggerak keberaksaraan. Namanya usaha, tidak senantiasa menunjukkan hasil sangat memuaskan, tetapi itulah proses. Terbukti, hingga peringatan HAI ke 51, Indonesia masih tercatat sebagai negara yang memiliki angka tuna aksara cukup tinggi. Bagi yang sudah “melek buku” ternyata juga tidak menunjukkan minat baca yang baik.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa berbagai pihak masih belum kompak dalam mencerdaskan anak bangsa. Dengan satu langkah meratakan program keaksaran ke dalam masyakarat. Kendati sudah ratusan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di berbagai daerah dengan misi mendekatkan buku bacaan ke masyarakat, kemiskinan membaca masih menjadi persoalan bangsa.

Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Labibah Zain menyatakan pandangan kritisnya bahwa, gerakan literasi atau keberaksaraan, tidak hanya baca buku bersama. Tetapi ada yang lebih prinsipil dari sekedar itu.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

“Gerakan membaca buku bukanlah hanya sekedar membaca buku rame-rame kemudian difoto, selesai. Tetapi harus ada gerakan yang berupa merubah mindset masyarakat dari yang membaca formalitas menjadi membaca sebagai sebuah kebutuhan hidup. Mengajak membaca tidak cukup hanya dengan memajang buku saja, tetapi perlu sikap pro aktif pengelola perpustakaan, taman bacaan, lembaga pendididikan, orang tua dengan cara menawarkan buku-buku yang ada seperti seorang sales,” terang Labibah kepada nusantaranews.co, Jumat (9/9).

Menurut salah satu penggerak MMPI (Meri Membaca Puisi Indonesia) Yogyakarta ini, buku-buku yang ada perlu dikemukakan kepada masyarakat isinya apa dan kegunaan bagi mereka itu apa, ketika mereka membaca sebuah buku. Bukan perpustakaan namanya, lanjut dia, kalau hanya bisa memajang buku.

“Buku harus dijajakan, sehingga orang tertarik membaca dan ketika mereka membaca, maka ilmu yang didapatnya dari membaca buku akan mengubah kualitas hidupnya,” tegas istri dari penyair Aly D. Musyrifa itu.

Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, ketika ditanya program Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang dipimpinnya dalam hal menggandeng TBM di sekitar kampus, sebagai salah satu upaya meningkatkan minat baca masyarakat, pihaknya menyatakan sudah ada.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

“Arah kesana ada, tetapi prioritas yang ada adalah mendampingi perpustakaan Madrasah agar perpustakaan di Madrasah dikelola sesuai dengan standar dan dapat berperan semaksimal mungkin dalam membangun budaya baca melalui sekolah. Sebagaimana yang kita tahu, pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar. Nah, perpustakaan UIN Sunan Kalijaga ingin membantu meningkatkan minat baca lewat perpustakaan sekolah/madrasah,” terangnya.

Sebab bagi Labibah, perpustakaan sekolah/madrasah yang baik adalah perpustakaan yang bisa membuat anak-anak bangsa Indoneisa bisa merasakan membaca dengan gembira. (Sulaiman)

Related Posts