Budaya / SeniPuisi

Kunti Taliboja (Puisi Wayang)

Puisi Sus S Hardjono
KUNTI TALIBOJA

Pritha, si kecil namanya
Dari negeri Yadawa
Seindah namanya menjadi ibu dengan seluruh
Sifat kecantikannya
Ia panggil dewa Surya, lahirlah Karna

Siapa yang bisa menandingi kasihnya
Pada Nakula dan Sadewa
Siapa yang tak paham ketegarannya
Di pengasingan

Kunti namanya
Sejak menjadi puteri Raja Kunthiboja
Dengan mantra sakti dari Resi Duwarsa

“Dewa, kenapa kanda Pandu kena kutuk?”
Sungguh karena cinta hamba rela
Tak bercinta selamanya
Simalakama, bercinta akan mati suaminya
Atau tak bercinta tak punya keturunan?
Sungguh dua hal yang membuat berat hati

Betapa hamba ingin anak-anak
mengapa tak kunjung ada, Dewa
Ia panggil dewa dewi
Ia panggil Dewa Yama, lahir Yudistira
Ia panggil Dewa Bayu, lahir Bima
Ia panggil Dewa Indra, lahirlah Arjuna

Demi menjaga perasaan Madri
Ia rela berbagi mantra gaibnya
Lalu diberikan mantra pemanggil dewa
Madri panggil dewa Aswin
Maka lahirlah Nakula dan Sadewa
“Janjiku Madri kurawat anak kembarmu sebagaimana
Anak-anakku sendiri”
Tak berkurang kasih sayang dari kelima anaknya
Tak berbeda rasa cinta pada seluruh anak–anak Pandu

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

“Dewa, mengapa Engkau harus kutuk suamiku bercinta
Dengan Madri?”
Dan Pandu harus mati?
Betapa indahnya parasmu seelok cantik hatimu
Menjadi puteri pujaan dewa dewa

Dengan Madri
Hidup selaras seimbang
Berbagi Pandu
Berbagai hidup damai tanpa harus bertikai

Sragen, 2017

Sus S. Hardjono lahir 5 Nopember l969 di Sragen. Sejak tahun 1990-an aktif menulis puisi, geguritan, cerpen dan novel. Puisinya tersiar di berbagai media seperti Bernas, Kedaulatan Rakyat, Pelopor Jogya, Merapi, Solo Pos, Joglosemar, Suara Merdeka, Wawasan, Swadesi, Radar Surabayam, Minggu Pagi, Cempaka Minggu Ini, dll.  Selain itu, puisi-puisinya juga termaktub di lebih 50 buku antologi puisi bersama. Novelnya yang sudah terbit “Sekar Jagat” dan sekarang menulis novel keduanya yang berjudul “Pengakuan Mendut” dan novel ketiganya “Surga Yang Hilang”. Ia pernah bergabung dalam Kelompok Teater Peron FKIP, majalah kampus Motivasi, berbagai komunitas di Sragen, APPS (Aliansi Peduli Perempuan Sukowati), YIS Solo (Yayasan Indonesia Seejahtera), Yayasan Darmakumara Solo (Yayasan Pengembangan dan Pelestarian Kebudayaan Jawa), KPPS, Mansaceria, Teater Gatra. Sebagai penyair, ia sering membacakan puisi-puisinya di berbagai acara kesusastraan di Sragen. Kini sebagai Pegajar di MAN I Sragen ia juga mengelola majalah pendidikan dan aktif wartawan pendidikan di Kemenang (Kankemenag Sragen dan Kanwil Jateng).

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 185