KTT G20 Osaka: “Mencari Solusi Kontradiksi Global”

KTT G20 Osaka
KTT G20 Osaka di Jepang/Foto: Global Times

NUSANTARANEWS.CO – KTT G20 Osaka di Jepang, mengusung semangat ingin mencari solusi penyelesaian semua masalah kontradiksi dunia yang saling terkoneksi. Seperti masalah di Timur Tengah, Asia Barat, Afrika, dan Amerika Latin yang masih terus dilanda kekacauan, termasuk serangan terorisme internasional yang terus menimbulkan destabilisasi di banyak wilayah di dunia.

Tanpa terasa, G20 akan genap berusia 10 tahun pada September 2019 mendatang. Sebuah kelompok yang mewakili 80 persen dari PDB global sekaligus sebagai simbol dari konfigurasi multipolar tatanan dunia masa depan.

Namun saying, Amerika Serikat (AS) dan beberapa sekutu utamanya justru bekerja ke arah yang berlawanan – berupaya membangun kembali dunia unipolar yang ditandai dengan kebijakan proteksionisme, boikot, ancaman militer, dan intimidasi. Contoh yang paling mutakhir adalah sikap agresif AS terhadap Iran.

Agenda KTT G20 di Osaka ini sangat luas, meliputi masalah ekonomi global, perdagangan, ketenagakerjaan, kesehatan, inovasi, pengembangan dan lingkungan.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sebagai tuan rumah mencoba memperkenalkan “Jalur Osaka” yang memfokuskan pada inovasi membangun Masyarakat 5.0 atau pasca-industri, dengan mendukung penggunaan data digital secara adil, Artificial Intelligence, Inernet of Things, robotika dan big data. Idenya adalah mengembangkan bidang-bidang inovatif ini untuk membangun manusia melalui pendekatan people-centric.

Selain itu, Abe secara revolusioner juga ingin membahas masalah mata uang kripto, di mana Jepang ingin memulai diskusi tentang sistem moneter internasional untuk bergerak melampaui Bretton Woods.

Topik moneter ini memang sekarang sedang menjadi fenomena yang sangat menarik dan dipromosikan oleh banyak negara, media sosial Facebook, dan dalam waktu dekat oleh perusahaan-perusahaan global utama lainnya. Negara-negara menjadi cemburu dengan kendali mereka atas mata uang fiat, tetapi perubahan teknologi telah membuka jalan ke sistem pembayaran baru. Ada kemungkinan bahwa Osaka akan menjadi titik balik dalam perkembangan bersejarah pasar keuangan ini.

Boleh jadi kesepakatan ini dapat dicapai melalui pertemuan sela. Namun terkait perang dagang, KTT Osaka tidak berharap banyak kepada Cina dan AS akan membuat kemajuan dalam negosiasi perdagangan.

Apalagi Departemen Luar Negeri AS baru-baru ini merilis laporan tentang kebebasan beragama di Xinjiang, dan sangat mengkritik kebijakan Cina di sana. Belum lagi masalah perusahaan teknologi Cina yang masuk dalam daftar entitas perdagangan AS, yang pada ujungnya juga merugikan komunitas bisnis AS sendiri.

Sementara proposal AS dan Jerman yang akan membahas masalah Hong Kong dalam pembicaraan bilateral juga menjadi absurd. Apakah Hong Kong merupakan masalah internasional?

Yang pasti, Rusia, Cina, dan India akan menegaskan kembali komitmen kuat mereka terhadap dunia multipolar yang menentang proteksionisme dan unilateralisme. (Banyu)

Exit mobile version