Mancanegara

Krisis Venezuela Akibat Campur Tangan Amerika Serikat

krisis venezuela, oposisi venezuela, nicolas maduro, juan guaido, nusantaranews
Presiden Venezuela Nicolas Maduro. (AP Photo)

NUSANTARANEWS.CO – Krisis Venezuela akibat campur tangan Amerika Serikat. Washington sukses mengkonsolidasi kekuatan sejumlah negara Amerika Latin untuk menentang Nicolas Maduro kembali berkuasa di Venezuela. Venezuela telah diguncang oleh aksi protes sejak 10 Januari ketika Maduro dilantik untuk masa jabatan kedua setelah pemilu yang diboikot oposisi.

Maduro telah berulang kali mengecam AS, dengan mengatakan Washington mengobarkan perang ekonomi terhadapnya dan pemerintahnya. Organisasi negara-negara Amerika meliputi Argentina, Chili, Kolombia, Kosta Rika Ekuador, Guatemala, Panama, Paraguay termasuk Brasil bersatu menolak kepemimpinan Maduro dan mengakui Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela.

Baca juga: Krisis Venezuela di Tengah Tekanan Sanksi Ekonomi Amerika

Dikutip Anadolu, campur tangan Washington di Venezuela ditentang keras Moskow. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova campur tangan Washington di Venezuela.

Diketahui, Pemerintahan Trump yang mendukung pandangan oposisi Venezuela telah menuduh Maduro yang ingin memperkuat kekuasaannya. Sejak 2017 lalu, pejabat AS sudah mengumumkan langkah-langkah melawan Maduro dengan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

AS kemudian mempertegas ancamannya dengan sanksi ekonomi, dan memperingatkan bahwa siapa pun yang bertugas di majelis baru tersebut dapat menghadapi sanksi dari AS. Seperti diketahui, AS dan Uni Eropa menolak hasil pemilihan majelis baru tersebut walaupun dilakukan secara demokratis.

AS kemudian menerapkan sanksi ekonomi kepada Venezuela menyusul kerusuhan berkepanjangan di negara tersebut. Masalanya, Presiden Venezuela Nicolas Maduro dituding hendak menjadi diktator dengan cara memberlakukan tindakan kekerasan kepada para demonstran yang menolak dibentuknya Dewan Konstituante. Bagi AS, demokrasi di Venezuela telah dikungkung oleh Maduro. Para demonstran merupakan barisan oposisi yang didukung AS.

Perseteruan Maduro dengan Washington dan koalisi AS semakin meruncing menyusul aksi demonstrasi dari oposisi yang berhasil menciptakan kekacauan sosia-politik Venezuela. Pada Jumat (25/1/2019), Presiden Maduro menyatakan akan menutup kedutaan besar Venezuela di AS.

Namun demikian, Menteri Luar Negeri Venezuela, Jorge Arreaza menjamin perang tidak akan meletus di negara tersebut meskipun campur tangan negara-negara asing sangat kuat. Arreaza menuturkan, negara-negara asing yang turut serta mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela mengikuti instruksi AS.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Dikutip Sputnik, Arreaza menegaskan pengakuas AS terhadap pemimpin parlemen yang dijalankan barisan oposisi sebagai presiden sementara dapat mengakibatkan pengalihan aset Venezuela.

Seperti diketahui, meski Washington telah menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Venezuela, namun sanksi tersebut ternyata tidak mempengaruhi kerja sama kedua negara tersebut di sektor minyak. Pasalnya, 90 persen kilang minyak AS tergantung pada bahan baku kualitas Venezuela.

Sebagai informasi, Venezuela mengekspor 823.000 barel minyak mentah ke AS setahun, yang semuanya dibeli oleh kilang milik swasta. Sebanyak 550.000 barel dikirim ke empat kilang milik Venezuela di Texas, Louisiana dan negara bagian AS lainnya.

(eda/asq)

Editor: Almeiji Santoso

Related Posts

1 of 3,051