Politik

Kopri PB PMII Soroti Fenomena The Power of Emak-emak di Pemilu 2019

the power of emak-emak, kopri pb pmii, 2019, nusantaranews
Diskusi publik bertajuk Radikalisme Agama dan Geliat Emak-emak dalam Kampanye Politik: Doktrin Agama, Propaganda Politik atau Uang? Diskusi digelar di Auditorium PBNU, Senin 927/5). (Foto: Istimewa/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaKopri PB PMII merespon maraknya istilah The Power of Emak-emak pada proses pemilihan umum tahun 2019 dan sikap fanatisme kelompok yang dibungkus dalam doktron tertentu yang memicu munculnya bibit-bibit radikalisme.

Sikap Kopri PB PMII ditunjukan dalam sebuah diskusi publik bertajuk Radikalisme Agama dan Geliat Emak-emak dalam Kampanye Politik: Doktrin Agama, Propaganda Politik atau Uang? Diskusi digelar di Auditorium PBNU, Senin 927/5).

Sejumlah narasumber dihadirkan. Di antaranya Repalita Tambunan (Kepala Biro Perempuan dan Anak PGI), Margaretha Hanita (Akademisi UI) dan Margaret Aliyatul Maimunah (Sekum PP Fatayat NU).

Kopri PB PMII menilai, mobilisasi emak-emak merupakan fenomena politik untuk meningkatkan perolehan suara kandidat calon kepala negara pada peristiwa Pemilu 2019. Posisi emak-emak dipandang semata untuk komoditas politik belaka, bahkan doktrin dan fanatisme dibangun oleh golongan emak-emak memicu tumbuhnya bibit radikalisme.

“Terbangunnya kesadaran kolektif perempuan dari berbagai unsur terkait pentingnya menyatukan pendapat tentang ancaman radikalisme yang terjadi di Indonesia, yang saat ini mulai dibingkai dalam dokrin agama dan fanatisme kelompok dengan militansi yang kuat,” kata pelaksana diskusi, Siti Khoiriyah.

Baca Juga:  Jatim Menang Telak, Khofifah Ucapkan Selamat ke Prabowo Menang Pilpres

Sementara itu, akademisi Universitas Indonesia Margaretha Hanita mengatakan perempuan memiliki dua sisi. “Perempuan menjadi peran strategis dan potensial untuk menjaga perdamaian dan toleransi. Di sisi lain perempuan juga mampu menjadi pelaku kejahatan dengan kekuatan yang besar,” katanya.

Namun begitu, Margaretha mengingatkan untuk tidak meremehkan kaum perempuan karena bila dilihat dari kedua sisi tersebut, mereka memiliki kekuatan strategis.

Diskusi ini di hadiri oleh perwakilan dari beberapa organisasi kepemudaan seperti Immawati, KAMMI dan HMI. Selain itu juga hadir mahasiswa dari kampus IPRIJA, UNUSI Jakarta, YAI, Paramadina, UBK, UNIJA dan UI.

(sth/ed)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,052