Mancanegara

Kontroversi Eurofighter Typhoon Tranche 1 di Austria

Kontroversi Eurofighter Thypoon Tranche 1 di Austria.
Kontroversi Eurofighter Typhoon Tranche 1 di Austria/Foto: Eurofighter.Com

NUSANTARANEWS.CO – Kontroversi Eurofighter Typhoon Tranche 1 di Austria. Eurofighter Typhoon adalah pesawat tempur bermesin ganda yang gesit, bermanuver tinggi, dirancang untuk misi superioritas udara dengan kemampuan Beyond Visual Range (BVR) maupun pertempuran jarak dekat (dogfight). Typhoon dapat menjalankan misi serangan dalam segala cuaca terhadap target darat, laut dan udara dengan berbagai macam senjata, menggunakan sistem kontrol penerbangan terkomputerisasi yang memudahkan pilot menjalankan misi.

Namun kabar mengejutkan datang dari Menteri Pertahanan Austria Hans Peter Doskozi, pada 7 Juli 2017 yang mengumumkan bahwa angkatan udara Austria akan menghentikan operasi 15 Eurofighter Tranche 1 Block 5/2R satu kursi sebelum waktunya, antara tahun 2020-2023.

Padahal Luftstreitkräfte (Austrian air force) baru menerima kiriman pertama Eurofighter Typhoon Blok 5 pada 12 Juli  2007, dan 10 sisanya pada akhir 2009. Pelunasan biaya pesawat secara penuh pun baru pada 2014. Jelas masih hangat. Apalagi dengan adanya program peningkatan kemampuan Eurofighter terus-menerus, termasuk perpanjangan jam terbangnya.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Eurofighter Tranche 1 Block 5 Austria dibangun dengan standar tinggi yang sama dengan Luftwaffe (German Air Force), namun dengan pengurangan sejumlah sistem sehingga menjadi “paket hemat” seperti: Pirate IRST, elemen DASS (Defensive Aids Sub-System), dan integrasi AIM-120 AMRAAM radar-homing BVR (Beyond Visual Range) misil.

Sementara keputusan Austria membeli Eurofighter dibuat oleh pemerintah koalisi kanan-tengah yang dipimpin oleh Kanselir konservatif Wolfgang Schuessel, pemimpin Partai Rakyat Austria, setelah 33 orang, lima bagian komisi MoD memutuskan bahwa Eurofighter memiliki 4:1 keunggulan dibandingkan dengan pilihan lain.

Meski begitu, keputusan langsung ditentang oleh partai saingannya, Partai Sosial Demokrat (SPOE), yang mendukung tawaran Saab. Sementara politisi lainnya mengklaim bahwa tawaran dari SAAB dan Lockheed Martin secara signifikan lebih murah.

Perseteruan politik (demi kepentingan bisnis) telah mengaburkan substansi kepentingan dan teknologi militer yang digunakan bersama oleh negara-negara Eropa. Kesan yang muncul adalah bahwa Eurofighter terlalu mahal, dan versi Tranche 1 Blok 5 Luftstreitkräfte tidak memiliki kemampuan.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

Hal tersebut tentu sangat menyesatkan, bagaimanapun Tranche 1 Eurofighter Typhoon tetap menjadi salah satu pesawat multi role paling modern saat ini. RAF Inggris bahkan telah memperpanjang masa pakai Tranche 1 setidaknya hingga tahun 2035 – bahkan bisa lebih lama jika di retrofit seperti milik Angkatan Udara Spanyol.

Pada pemilu 2006, ketika SPOE memenangi pemilu, dan Kanselir Sosial Demokrat yang baru Alfred Gusenbauer dan menteri pertahanannya, Norbert Darabos, (sejak semula keduanya telah berkampanye menentang akuisisi) berjanji untuk membatalkan kontrak tersebut.

Namun SPOE tidak dapat membatalkan kontrak, sebaliknya pada 2007 memotongnya menjadi 15 pesawat Block 5 Tranche 1, yang terdiri dari enam pesawat Block 5, ditambah tiga rakitan baru, dan enam pesawat bekas Jerman. Harga kontrak pun diturunkan menjadi € 1,7 miliar.

Terkait kontroversi beraroma bisnis tersebut, seorang analis pertahanan Austria independen yang dihormati mengatakan kepada Defense Analysis & Insight bahwa dia yakin tindakan hukum telah dilakukan secara nakal, dengan tujuan utama merusak kredibilitas Eurofighter Austria, untuk mencari dukungan politik dan publik untuk menghentikan masa dinas pesawat tersebut yang masih hangat. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049