Ekonomi

Kontinuitas Produksi Industri Dijaga Ketat Seiring Naiknya Peringkat EoDB

NusantaraNews.co, Jakarta – Dalam laporan tahunan yang dirilis Bank Dunia terkait peringkat Ease of Doing Business (EoDB) 2018, peringkat kemudahan berusaha Indonesia di 2018 secara keseluruhan naik 19 peringkat dari posisi ke-91 menjadi posisi 72 dari 190 negara yang disurvei. Pada EoDB 2017, posisi Indonesia juga meningkat 15 peringkat dari 106 menjadi 91. Tercatat dalam dua tahun terakhir posisi Indonesia telah naik 34 peringkat.

Seiring hadirnya data di atas, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah masih komitmen menjaga kontinuitas produksi industri nasional agar mampu memenuhi kebutuhan di pasar domestik dan ekspor.

“Langkah strategis yang akan dijalankan, antara lain mempermudah akses terhadap ketersediaan bahan baku, pasokan energi, dan pemberian insentif,” kata Menperin Airlangga, di Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Di samping itu, Menperin meyakini, kenaikan peringkat tersebut akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesua karena iklim investasinya semakin membaik.Selain itu, peringkat manufaktur Indonesia terutama untuk value added atau nilai tambah berada di peringkat ke-9 di dunia. Capaian ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.

Baca Juga:  Layak Dikaji Ulang, Kenaikan HPP GKP Masih Menjepit Petani di Jawa Timur

“Bahkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang kontribusi industri manufakturnya cukup signifikan terhadap PDB,” imbuhnya. Indonesia mampu menyumbangkan hingga mencapai 22 persen atau menempati posisi keempat di dunia setelah Korea Selatan (29 persen), Tiongkok (27 persen), dan Jerman (23 persen).

Pada kesempatan lain, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, berdasarkan data BPS terkait jenis lapangan pekerjaan utama pada Februari 2017, sektor industri memberikan kontribusi sebesar 13,31 persen atau sebanyak 16,6 juta orang dari total tenaga kerja sebanyak 124,5 juta orang.

“Kontribusi tenaga kerja sektor industri didominasi oleh industri makanan sebanyak 3.316.186 orang atau sebesar 21,34 persen,” ujarnya. Kemudian, disusul industri pakaian jadi sebanyak 2.167.426 orang atau sebesar 13,95 persen, industri kayu gabus sebanyak 1.359.098 orang atau sebesar 8,98 persen, dan industri tekstil sebanyak 1.248.080 atau sebesar 8,03 persen.

Haris menegaskan, industri saat ini membutuhkan tenaga kerja terampil sesuai perkembangan teknologi terkini. Untuk itu, Kementerian Perindustrian tengah fokus dalam program pembangunan kompetensi sumber daya manusia melalui pelaksanaan pendidikan vokasi yang Link and Match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan industri.

Baca Juga:  Kondisi Jalan Penghubung Tiga Kecamatan Rusak di Sumenep, Perhatian Pemerintah Diperlukan

“Kami juga telah melakukan pelatihan tenaga kerja industri dengan sistem 3in1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan kerja) serta penyelenggaraan politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri dan wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI),” paparnya. (ed/red02)

Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 37