MancanegaraPolitik

Konferensi Perdamaian Timur Tengah dan Pengakuan Negara Israel

Konferensi Perdamaian Timur Tengah
Presiden Trump mensponsori Konferensi Perdamaian Timur Tengah di Bahrain/Foto:Inc. Arabia

NUSANTARANEWS.CO – Konferensi Perdamaian Timur Tengah di Bahrain yang disponsori oleh Amerika Serikat (AS) merupakan agenda besar Presiden Donald Trump – yang sering disebut sebagai “kesepakatan akhir abad ini” untuk perdamaian Israel dan Palestina.

Pada hari Minggu, Gedung Putih mengumumkan bahwa konferensi akan mengungkap fase pertama dari rencana besar perdamaian Timur Tengah yang telah lama ditunggu-tunggu. Dalam konferensi di Bahrain, fokus pembahasan akan ditekankan pada manfaat ekonomi jika konflik Israel-Palestina diselesaikan.

Rencana tersebut ditengarai melibatkan investasi skala besar dan pekerjaan infrastruktur yang sebagian besar akan didanai oleh negara-negara kaya Arab.

Konferensi yang akan diselenggarakan pada 25-26 Juni mendatang tampaknya tidak akan mebahas isu-isu politik dan konflik yang telah lebih dari setengah abad seperti: isu perbatasan akhir, status Yerusalem, dan nasib pengungsi Palestina.

Sementara itu, para pemimpin Palestina mengatakan bahwa mereka akan memboikot konferensi yang disponsori oleh AS tersebut. Otoritas Palestina, yang telah memutuskan hubungan dengan AS lebih dari setahun yang lalu – berulang kali menyatakan kekecewaannya karena Washington mencoba membeli perdamaian dengan investasi besar-besaran bagi Palestina sebagai imbalan untuk mengakhiri tuntutan mereka menjadi negara merdeka.

Baca Juga:  Jamin Suntik 85 Persen Suara, Buruh SPSI Jatim Dukung Khofifah Maju Pilgub

Palestina meyakini bahwa AS saat ini sedang berusaha menggalang dukungan dari negara-negara Arab lainnya untuk menerima rencana perdamaian ini. Presiden Trump sendiri telah meminta para pemimpin pemerintah dan bisnis di Timur Tengah untuk ikut dalam konferensi tersebut.

Dalam pernyataan bersama dengan Bahrain, Washinton mengatakan pertemuan itu akan memberi kesempatan kepada pemerintah, sipil dan pemimpin bisnis untuk menggalang dukungan bagi inisiatif ekonomi yang mungkin dilakukan dengan perjanjian damai.

“Orang-orang Palestina, bersama dengan semua orang di Timur Tengah, berhak mendapatkan masa depan dengan martabat dan kesempatan untuk memperbaiki kehidupan mereka,” kata penasihat senior dan menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, dalam sebuah pernyataan, Minggu. “Kemajuan ekonomi hanya dapat dicapai dengan visi ekonomi yang solid dan jika masalah inti politik diselesaikan.”

Di awal bulan, Kushner juga menegaskan bahwa rencana tersebut  adalah pendekatan baru yang lebih rinci yang diharapkan dapat mengarah pada terobosan baru dalam menyelesaikan konflik yang telah berlangsung beberapa dekade. Kushner menggambarkannya sebagai “dokumen operasional yang mendalam” yang tidak melekat pada negosiasi yang gagal sebelumnya, atau argumen-argumen basi serta konsep politik tingkat tinggi yang pernah ditawarkan.

Baca Juga:  Juara Pileg 2024, PKB Bidik 60 Persen Menang Pilkada Serentak di Jawa Timur

Berbicara di sebuah acara majalah Time, Kushner mengatakan bahwa negosiasi masa lalu mengenai solusi dua negara telah “gagal. Cara baru dan berbeda untuk mencapai perdamaian harus dicoba.” (Agus Setiawan)

 

Related Posts

1 of 3,093