NUSANTARANEWS.CO – Sebelum peristiwa kebakaran hutan terjadi di Riau tahun 2016, Setelit Badan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di sekitar pesisir timur Provinsi Riau sudah mulai mendeteksi adanya puluhan bahkan ratusan titik api kebakaran hutan sejak bulan Maret. Fenomena tersebut secala alamiah laiknya sebuah insiden alam, mengingat sebagian besar kawasan di Pulau Jawa masih berselimut mendung.
Seketika itu juga, BMKG memberikan peringatan kepada masyarakat Riau bahwa musim kemarau diperkirakan akan datang lebih awal di Riau. Dugaan BMKG berdasar pada titik api yang sudah terdeteksi. Namun demikian, BMKG hanya sebagai pemantau dan pengingat. Khusus untuk pencegahan terjadi kebakaran hutan yang nyaris setiap tahun terjadi di Raiu, itu menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah.
Waktu itu, nampaknya pemerintah belum menampakkan itikad baiknya untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan yang akhirnya benar-benar terjadi. Kendati pada pekan kedua Maret waktu itu, Pemerintah Provinsi Riau sudah gerak cepat menetapkan status darurat kebakaran hutan di Riau. Namun, titik api terus bertambah. Dimana berdampak pada pencemaran udara oleh asap yang terus keluar, bahkan sampai ke Singapura.
Menanggapi kebakaran hutan dan asap di kawasan lahan gambut di Riau, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau, Riko Kurniawan menyebut bahwa kebakaran hutan terjadi akibat dari buruknya tata kelola sumber daya alam oleh pemegan otoritas setempat di Riau untuk mencegah terulangnya kejadian buruk kebakaran hutan besar tahun 2015 silam.
“Persoalan asap yang mengganggu lingkungan hidup di Riau itu disebabkan oleh keberadaan lahan gambut yang dialih-fungsikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan memperluas lahan perkebunan,” terang Riko dari Riau saat dikonfirmasi nusantaranews.co lewat telpon, Rabu Malam (31/8).
Riko juga menyebut kondisi yang ada sebagai dampak dari maraknya ulah oknum-oknum dari kelas menengah yang ingin membukan lahan perkebunan dan dengan sengaja membakar lahan gambut. Waktu itu, cuaca kering minim hujan di sekitar pesisir timur Riau selama beberapa pekan terakhir waktu itu.
“Akhirnya pembakaran lahan gambut dengan sengaja itu membuat api menjadi makin sulit dikendalikan. Makin membesar dan merembet ke kawasan lainnya. Bubungan Asap pun mengganggu lingkungan hidup masyarakat,” katanya labih lanjut.
Pada prinsipnya, karakteristik lahan gambut memang sangat mudah terpicu api. Bahkan jika api sudah padam hari ini, ada kemungkinan esok lusa bisa muncul kembali di tempat yang sama atau di tempat tak jauh dari titik api semula. Api di lahan gambut memang bisa merembet sangat cepat. Kondisi ini secara alami memang dapat memicu mudahnya kebakaran hutan berulang di Riau. Ironisnya, faktor alam tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan yang ingin memperluas lahan. (Sulaiman/Red-02)