NUSANTARANEWS.CO – Pengamat Politik Media, Iswandi Syahputra menjelaskan fenomena koalisi Gerindra, PAN dan PKS dalam Pilkada di DKI Jakarta dan Jawa Barat menyusul daerah lainnya, menurutnya merupakan koalisi ideologis religius nasionalis rasa baru. Hal ini menegaskan bahwa memang sejak lama genetika politik Indonesia, ungkap dia, tidak jauh-jauh dari darah nasionalis (biasanya plus sosialis) dan religius (biasanya plus tradisionalis).
“Hal yang menarik dari koalisi ideologis religius nasionalis rasa baru zaman now ini adalah, bagaimana proses terbentuknya koalisi tersebut,” ungkap mantan Komisioner KPI itu dikutip dari keterangan tertulisnya.
Penulis buku Simulasi Mistik Televisi ini menjelaskan bahwa koalisi tersebut sesungguhnya terbentuk ‘dari bawah’ karena berbagai tekanan kekuasaan yang dirasakan mayoritas umat Islam. Seperti persekusi ulama dll (dari perspektif religius) dan kebijakan kekuasaan yang dinilai nir-nasionalism, seperti penjualan aset negara, dll (dari perspektif nasionalis). Koalisi ini tidak muncul dari kehendak elite politik, seperti koalisi politik sebelumnya.
Jika koalisi Gerakan Amanat Sejahtera (Gerindra, PAN dan PKS) merupakan bentuk politik, maka aksi 212, kata Iswandi merupakan koalisi dalam bentuk sosial.
“Aksi fenomenal ini seperti rahim sosial yang melahirkan 3 anak kembar politik bernama Gerindra, PKS dan PAN. Masing-masing anak memiliki darah, karakter dan pesona yang berbeda,” sambungnya.
Melalui proses tersebut, lanjut Iswandi, religiusitas dan nasionalisme benar-benar menjelma sebagai kekuatan politik yang kuat dan kokoh.
“Intuisi politik saya menakar kekuatan ini bisa mengambil 30-40 persen suara politik di setiap daerah dan nasional. Memang belum dominan, tetapi sangat signifikan untuk dipertimbangkan,” tegasnya. (*)
Editor: Romandhon